Jumat, 06 April 2012

Si Cantik Berbingkai “Coklat”





Si Cantik Berbingkai “Coklat”

Badanku rasanya membeku terdiam dan terpaku. Wanita itu tepat berada di depanku, tersenyum dan menyapa semua yang berada di sekelilingnya. Jantungku rasanya bisa saja copot dan berhenti berdetak, tetapi entah mengapa rasanya aku bahagia hanya melihatnya dalam beberapa detik. Itulah yang aku suka, dia cantik dan ramah. Dia tidak pernah sombong kepada siapapun, mungkin menurutnya apa yang bisa ia sombongkan? Toh dia manusia biasa, bukan malaikat cantik. Memang dia tak begitu cantik di bandingkan dengan teman-temannya yang cantik bah model majalah remaja, tapi tetap saja menurutku dia cantik. Senyumnya, matanya, gaya berpakaian, bentuk tubuhnya, kesederhanaannya, bahkan dia terlihat sangat cantik saat memakai jilbab coklat.
Memang setiap wanita yang turun ke bumi dan beragama islam telah di kodratkan memakai jilbab untuk menutupi auratnya. Tetapi wanita jaman sekarang tidak mungkin mau mengenakan jilbab karena akan menjutupi keindahannya. Aku suka wanita berjilbab. Sangat anggun dan menambah nilai kecantikannya. Akupun menyukainya saat ia mengenakan jilbab coklat. Entah mengapa, bukan karena warna itu kesukaanku tetapi dia terlihat sangat manis. Jilbabnya seperti bingkai yang sangat pas, indah dan mempercantik isinya. Bila dalam album foto terdapat bingkai yang indah maka itulah dia. Mungkin, tak pernah aku melihatnya bersedih, karena dia sangat periang atau mungkin dia bisa menyembunyikan perasaannya yang sedang terluka dengan senyumannya.
Dia seperti mahnet, yang kapan saja dapat menarik perasaanku menjadi lebih baik saat melihatnya. Saat berada di kampus pun, dialah penyemangat dalam menjalani rutinitasku. Ingin rasanya menyapanya kapanpun waktu berputar, tetapi saat melihatnya saja berada tepat di depanku rasanya aku ingin mati. Mungkin saat aku memutuskan nadikupun aku tak sadar, ini rasanya sangat berlebihan. Tetapi, bila tuhan menakdirkannya untukku, pasti aku akan menjaganya dengan baik. Bahkan sangat baik. Untuk membayangkannya saja aku sangat bahagia.

Ingin rasanya membuatkannya surat cinta atau apapun yang bisa membuatnya tau bahwa aku memang ada. Aku bukan bayangan yang memuja, tapi aku memang nyata. Apakah itu terlalu konyol? Rasa suka memang konyol bahkan tak bisa digambarkan dengan logika. Aku berusaha mendekatinya walau hanya melalui pesan singkat. Dengan cara itulah aku bisa sedikit lebih dekat dengannya. Tetapi tak jarang dia selalu lupa untuk membalas pesanku, apa saja yang ia lakukan tak bisakah membalas pesanku walau hanya  sebentar?perasaanku pun bertanya-tanya. Itu simple baginya, tetapi tak sesimple perasaanku menunggu balasannya.
Rasa itu hingga saat ini masih sama, sama seperti pertama kali aku bertemu dengannya di Kampus. Pertama kali aku melihatnya dia sangat pucat, entah mengapa mungkin ia lelah mengikuti kegiatan yang menyita waktunya. Langit pun seakan mendung saat aku melihatnya murung. Ingin rasanya aku sekedar mendekat dan membantunya. Tetapi bagaimana bisa, saat ia berada di dekatku pasti aku sangat takut. Aku takut semua yang aku lakukan akan membuatnya tidak suka, pergi bahkan menjauh dari pandanganku. Aku benar-benar takut. Saat ini aku hanya dapat melihatnya dari jarak jauh, tetapi dia sangat dekat dihatiku. Apa mungkin tuhan menakdirkan aku hanya dapat memujanya? Aku tak tau. Yang aku tau, aku menyukainya. Aku hanya ingin selalu bersamanya dalam bentuk nyata. Aturlah tuhan, seperti apa yang aku inginkan.

Cerita ini berdasarkan kisah dari “Tea” salah satu mahasiswa DKV Unpas 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar