Usiaku kini tepat seperempat abad di alam dunia. Hari ini mungkin orang-orang akan bergembira dan mengucapkan beribu doa untuk kami. Kami? mungkin hanya aku. Ketika bulan lalu, seorang yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka telah berlalu menuju-NYA. Hatiku saat itu benar-benar hancur. Ia meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tetapi dalam renungan malam ku bersimpuh pada-NYA, aku mencintai istriku karena allah dan aku melepaskannya pun karena cinta pada allah.
Aku bahagia, saat buah cinta kami berkumpul disini. Mereka melepas kerinduan bersamaku. Yang berada di dekat sofa itu anak sulung kami bernama Anika Islama. Saat ini ia berusia 26thn dan memberikan dua surga kecil yang cantik bernama Kimberly dan Killy. Pria yang sedang tertawa sambil mengaduk kopi itu anak kedua kami bernama Wildan Islam Fajar. Ia berumur 24thn dan mengambil S2 di Frankfruit, Jerman. Dan anak terakhir kami, yang sedang memelukku dari samping Fliska Islami. Ia sangat dekat denganku. Bahkan, mungkin saat ini ia merasa begitu sangat kehilangan sosok seorang ibu. Begitu juga denganku.
Tak ku pungkiri, aku sangat merasa kehilangannya. Begitu pula saat aku menatap mereka. Rasanya seperti menyesak dada secara perlahan. Tetapi, aku harus menyadari. Kala cintaku begitu dalam padanya, tuhanlah yang akan menggantikan cintaku yang sangat dalam padanya pula. Aku tak pernah menyesali telah bersamanya, karena kekuatan cintanya pada allah dan padakulah yang membuatku semakin mencintainya. Aku mencintai istriku.
Aku memanggil anak-anak dan cucu kami untuk berkumpul bersama di Ruang Tengah. Satu demi satu anak-anak kami memberikan aku hadiah. Sebenarnya aku tak butuh hadiah, hanya saja aku tak ingin mengecewakan mereka yang ingin membahagiakan aku. Saat aku membuka bingkisan berwarna merah dari anak kami, aku hanya terdiam. Mataku memandang dengan tajam. Lalu, air mata ini menetes, tak bisa ku bendung lagi. Air mata yang perlahan menderas dan menetes. Mereka memberikanku bingkai bermodel etnik djawa bersama foto saat kami menikah di dalamnya. Indah ...
Aku mengingatnya lagi. Saat itu, ia berjalan di depanku. Wajahnya yang cantik, membuatku semakin tertarik. Saat itu, aku masih sangat muda. Baru menginjak 17thn. Dan aku masih tak mengerti apa arti cinta sesungguhnya. Hanya saja aku memberanikan diri menajaknya menikah. Ia hanya tersenyum, dan menyetujui lamaranku. Aku memang terelalu muda untuk menikah, tetapi perasaanku yang sangat matang membuat aku sanggup membuatnya bahagia. 27 Agustus 1987 aku menikahinya.
Ketika aku bercerita panjang tentang masa lalu, aku baru tersadar ternyata anak-anak ku hanya terpaku menatap. Aku pun merasa heran, sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk mengingat istriku. Ini hari bahagiaku. Walaupun aku tak bahagia seperti dahuli, tetapi saat ini aku harus bahagia demi mereka. Anak ketigaku menghampiri lalu memelukku. Ia mengatakan, “ayah, aku mencintai ayah. Terimakasih telah membesarkanku. Dan bunda yang di surga, kami mencintaimu tanpa ada cela berkurang cinta kami. Terimakasih telah melahirkanku” sambil memelukku dengan sangat erat. Lalu, dengan perlahan anak-anak kami pun saling berpelukan. Inilah hadiah yang terindah yang diberikan allah pada kami. Karena cinta kepada allah, aku akan selalu menjaga mereka hingga allahlah yang akan mengambil mereka dan menggantikan cintaku pada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar