Sosok itu, Disha.
Aku tertunduk lesu di tepi sungai bersama sosok itu. Sosok itu hanya terdiam disisiku. Untung saja aku tak pernah terlambat mencari, membawa dan memiliki sosok itu. Sosok yang sekian lama aku tunggu, bahkan mungkin saat aku terpilih oleh-NYA untuk terlahir di dunia ini, aku tertakdir mendampinginya. Itu yang dinamakan TAKDIR. Aku tak punya harta melimpah seperti milioner. Hanyaaaaaa , aku bawa segempal cinta. Cinta yang segempal tanganku ini perlahan akan bermetamorfosis seperti sebesar puncakan gunung. Itu yang membuat sosok itu yakin padaku. Aku berjanji akan membuatnya selalu cinta dan takkan pernah pudar setitikpun. Cinta yang semakin hari semakin kokoh takan pernah tergerus usia. Yah, Aku tak tau mengapa aku mencintainya. Tetapi jauh di lubuk hatiku, aku sangat mengetahui jawabannya. Ia sangat sederhana dan memiliki pemikiran yang luas akan arti hidup sesungguhnya. Aku akui, aku tak mengerti apa yang dinamakan cinta sesungguhnya. Hanya, aku pun dapat merasakan bagaimana rasanya mengagumi dan benar-benar mencintai. Dan aku benar-benar mencintainya. Tak ada seseorangpun yang dapat menyita pikiranku, hanya sosok itu.
***
Pertama kali aku melihatnya tepat saat usiaku 20thn di sebuah pesta ulangtahun sederhana temanku. Sosok yang berjalan perlahan sangat anggun dengan mengenakan pakaian gaun berwana ungu pun menyodorkan bingkisannya. Lalu ia sangat terlihat manis saat menarik kedua pipinyaaaa, tersenyum. Sungguh indah. Ia menghentikan pandanganku. Saat itu mungkin aku telah di takdirkan bertemu dengannya. Sosok yang seakan menggencangkan nadiku saat melihatnya. Bahkan saat ku tersadar, aku hanya memelototinya selama 1 jam penuh dari jauh. Setelah jumpa pertama saat itu, aku tak pernah berhenti memikirkannya. Dimana pun aku selalu terbesit pikiran olahnya. Alhasil aku semakin yakin saat jumpa kedua kalinya, rasa ini memang hanya untuknya. Sosok itu bernama Disha Equilla. Rasa beranipun seakan menciut. Aku memutuskan untuk mendekatinya. Ternyata sosok itu sangat open mind person, berwawasan, dan simple. Tak banyak kata yang terucap dari mulutnya tetapi sosok itu sangat mencairkan suasana saat ini. Selalu saja aku terkesima dibuat sosok itu. Tak terasa hampa hanya rasa canggung. Aku harap akan datang jumpa berikutnya.
Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Bahkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku tak pernah mengerti. Bagaimana caranya agar ia tahu bahwa ia sosok yang sempurna untukku. Sosok yang begitu sederhana. Aku tak pernah merasakan rasa ini. Sosok itu benar-benar menghipnotisku untuk tak berpaling sekejappun padanya. Aku akui, wanita sama saja. Type yang berbeda seakan sama. Bahkan sangat menarik dengan beribu tekateki yang tak pernah sama satu sama lain. Tetapi, dengan berlalunya waktu. Rasa untuk sosok itu tak pernah lenyap ataupun berkurang. Seperti suatu jalan panjang yang kian mantap menapaki arahnya yang luas. Yah, ternyata semua prediksiku sangat tepat. Aku mencintainya. Ia memang yang ku pilih untuk mendampingiku suatu saat nanti. Walaupun saat ini ia telah dimiliki seseorang, aku yakin ia tercipta untukku. Tinno Ariputra.
***
Saat mencoba menyelusuri perkarangan rumah kakekku, akupun menemukan sebuah kertas yang telah usang dimakan usia. Aneh. Dengan sangat penasarannya perlahan mencoba membacanya. Ini sebuah surat cinta. Aku pun tertawa kecil. Lalu tersendu malu sambil tersenyum heran. Tetapi saat aku membaca kata-kata terakhir yang tepat berada di samping kanan bawah surat, ini terlihat sebuah surat cinta perpisahan. Tertulis kakekku pada seorang gadis. Isi dari suratnya hanya menyatakan tentang perasaan dan meminta maaf terlambat mengatakan semuanya. Mungkin kakek tak bisa memutar waktu. Tetapi apabila kakek kembali ke masa lalu dan memperbaiki jalan cerita ini, mungkin ayahku tak pernah akan ada. Bahkan aku. Sosok ini yang di tunggu kakakku selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi takdir membuat kakek harus mengalah dan menerima keadaan ini. Aku termenung sambil mempelajari teka-teki di cerita ini. Apa mungkin kakekku mencintai seseorang sepertiku dan tak kuasa untuk mengatakkannya? Lalu gadis itu menikah dengan seseorang karena ia tak pernah tau apa kakek mencintainya atau tidak? Dan mungkin surat ini tak pernah sampai pada yang ditujunya? Siapa yang dapat menjelaskan ini padaku? Tak mungkin kakek. Kakek telah wafat 2 tahun yang lalu. Apa ini akan berakhir sebagaimana yang telah di jalurkan oleh sang maha kuasa. Kakek menikah dengan nenek tanpa cinta dan berakhir di pengadilan? Aku tak bisa. Dan kisah ini berakhir dan terkubur bersama kakek. Ini akan selalu menjadi misteri. Aku menjadi sangat bimbang. Tertuju fikiranku pada sosok itu. Aku takut akan sama seperti kakek. Yakin, sosok itu yang akan mendampingi hidupku nanti. Karena hanya aku yang bisa membuatnya bahagia, hanya aku.
Aku bergegas mencari sosok itu, sosok yang selalu berjalan di pikiranku. Aku tak mau terlambat. Ini pertama kalinya aku benar-benar merasa yakin atas semua keputusanku. Mungkin aku belajar dari kisah kakek. Dengan bergesa-gesa aku memasuki mobil lalu mencari sosok itu. Berjam-jam memutar jalanan kota yang macet ini. Aku tak mau kisahku sama seperti kisah kakek. Akhirnya setelah berjam-jam aku pun menemukan sosok itu. Akan kubawa hatinya dan mengurungnya dihatiku. Mungkin kakek akan berfikiran sama dan melakukan hal yang sama sepertiku tetapi saat itu kakek tidak tegas dengan perasaannya. Semuanya terasa salah saat kita benar-benar menyerah. Tak bisa menyerah. Keteguhan hati sebagai perantara pengokohan. Logika menyatu dengan perasaan dan membedakan rasa tertarik, kagum ataupun memang sungguh-sungguh cinta. Ketika benar-benar yakin bahwa sosok itu hanya satu-satunya yang dapat membuat kita bahagia. Kejarlah ! bagaimanapun caranya. Jangan pernah biarkan sosok itu hilang. Sosok yang membuat nadiku seakan berhenti, sosok yang tak kuasa ku mengedipkan mata dari pandanganku, sosok yang selalu menggambarkan kekaguman saat melihatnya dan sosok itu, Disha.
05 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar