Selasa, 05 April 2011

Ada Bali di New York



Ada Bali di New York
Awan mendung menutup gerlipan cahaya di sekeliling langit. Tirai langit pun semakin tertutup rapat pesonanya. Petir menyambar membangunkan lelapnya sang malam, pohon bergoyang seakan tumbang, dan detak jantungpun berdetak perlahan ketakutan. Angin malam dingin itu pun menyambut. Terlihat lipatan senyuman dari bibir Gradisha yang menggeram sambil menarik perlahan selimut di tempat tidurnya. Dingin, menyeramkan dan sendiri yang mengendap itulah perasaan yang di rasakan Gradisha. Menetes keringat dari atas kepala lalu badan Gradisha pun gemetaran. Sekeliling kamar pun terasa semakin dingin dan perasaan mengerut seketika.  Di bawah selimut hanya terbesit bayang-bayang fatamorgana yang samar yang kadang terlintas bayang semu seseorang tetapi Gradisha menutup matanya.  
02 Januari 2004 sang pagi pun menyambut seolah dengan senyuman. Lukisan langit biru terbentang luas dengan sedikit silauan cahaya mentari pagi yang mengintip dari sela-sela jendela yang telah terbuka. Bau udara sejuk pun mengalir kedalam ruangan seolah mengajak untuk menyambut sang indahnya mentari pagi itu. Lagu soundtrek kicau para burung yang malu-malu menambah pesonanya.
“Kriiiiiiiiiiiing kriiiiiiiiiiiiiiing kriiiiiiiiiiiiiiiiiing”
Bunyi telepon dari handphone Gradisha. Ternyata itu telepon dari Jenny sahabat Gradisha di Kampus. Gradisha pun mengomel sambil mengangkat telepon yang semakin nyaring terdengar di telinganya. “Ada apa Jen, pagi-pagi membangunkanku? Punya jam tidak sih kamu! Gangguuuuuuuuuu”oceh Gradis di telepon. “Woy, kamu tidak tau sekarang pelajaran siapa ? ngomel mulu sih kamu, cepat ke kampus. 10 menit lagi dosen datang, mau jadi apa kamu non? Aku gamau tau sekarang kamu ke kampus Gradis ! cepat Bali menunggu. Jangan sia-siakan kesempatan Gradis” jawab Jenny geram. “ia beibeeeeeee, sebentar-sebentar kamu jadi cerewet banget. Aku ke kampus, tungguuuuu ya sayang ! asiiiiik aku ketemu Bali hari ini. Jadi ga sabar ihhhhh Bali mau ngomong apa ya ? aduh ga karuan gini aaaaah” ujar  Gradisha pada Jenny dengan nada manja. Gradisha pun menutup teleponnya dan mempersiapkan barang bawaan untuk ke kampus. “Moooooomm , jam berapa sekarang?” ucap Gradisha sambil berteriak. Tidak ada yang menyaut perkataan Gradisha. Dengan kesal Gradisha turun dari tempat tidur dan mencari kacamata sambil merayap. “yupsssss... dapat!!!” teriak Gradisha sambil memakai kacamatanya. Gradisha gadis yang periang, cerewet, dan dia salah seorang gadis tenar di Kampus. Gradisha sangat di sayangi oleh teman-temannya.
Sebelum ke Kampus, Gradisha memutuskan untuk sholat. Dengan khusu Gradisha sholat dhuha, itu kebiasaan yang selalu dia lakukan sebelum pergi ke Kampus. Ya Allah tolong aku hari ini, kuatkan aku dalam semua yang akan aku lakukan, berikan kemudahan dalam semua kegitan ku hari ini, lupakan semua yang memberatkan jalanku, buatlah kegembiraan di setiap hari-hariku, buatlah semua orang bangga padaku, buatlah semua orang semakin menyayangiku, buatlah suatu perubahan di setiap hariku, amin. Seru Gradisha senyum simpul sambil mengangkat kedua tangannya lalu mengepal di dada.  
Dengan skuter maticnya, Gradisha memarkirkan motornya. Pugo adalah nama motor kesayangannya. Gradisssssssss. Teriak teman-temannya sambil merangkulnya. Ada apa sih kalian keliatannya sangat heboh hari ini. Teman-temannya hanya terdiam. Lalu .. “kejutaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan” teriak seisi kelas. Gradisha menatap satu persatu bola mata teman-temannya terlihat jelas ketulusan dan kasih sayang terpancar dari cahaya yang keluar dari ketulusan hati mereka. “waw !!! terimakasih teman-teman. “Gradis sayang kalian” ucap Gardisha berkaca-kaca sambil merangkul teman-temannya. Ternyata hari itu adalah hari ulang tahun Gradisha. Gradisha heran, mengapa dia melupakan hari dimana ia berulang tahun. Itu adalah kejutan terindah yang pernah di rasakan Gradisha. Terdengar suara sahutan kecil dari seorang pria yang perlahan menghampirinya. “Gradis” bisiknya agak pelan. “Bali? Waw .. ada apa?” senyum Gradis sambil menatap Bali. “Selamat ulang tahun, aku menunggu hari ini, hari dimana waktu yang paling tepat untukku. Gradis, maukah kamu menjadi teman special ku? Menjadi pacarku? Atau apalah namanya itu” tanya Bali sambil tersenyum dan memegang tangan Gradisha memberikan seikat bungga dan kotak coklat. “ ia , aku mau. Ini sangat manis Bali, aku bahagiaaaaaaaa” jawab Gradisha sambil tersenyum malu. Satu di benak Gradisha, apakah ini keputusan yang terbaik ? dia tidak pernah tau. Gradisha hanya mencoba bersama Bali, pria tenar di kampus yang tipical cuek dan sering mengganggu Gradisha sambil mencubit bagian yang terlihat menggemaskan. Pipi, perut, dan uraian rambut Gradisha bagian yang selalu Bali mainkan. Gradisha merasa nyaman dengan perlakuan Bali terhadapnya itu. Gradisha merasa Bali pria satu-satunya yang membuat Gradisha bertanya-tanya saat dia tidak ada dan satu-satunya yang membuat Gradisha sangat bahagia.
Gradisha dan Bali menjalani hubungan mereka dengan baik. Gradisha pun sangat menyayangi Bali. Dua tahun sudah mereka menjalin kisah kasih dengan sangat bahagia penuh canda tawa dan selalu ada hal yang berbeda setiap bulannya. Hujan rintik pun membasahi seluruh bagian mobil, Gradisha menatap setiap tetesan rintik hujan yang selalu menjatuhkan pesonanya setiap malam. Bermain dalam angan di benak Gradisha, hujan malam itu sangat indah tetapi, sesaat di perjalanan pulang Bali memberi tahukan bahwa hari ini hari terakhir Bali karena besok Bali akan berangkat ke Itali. Gradisha sangat terpukul mendengar itu lalu Gradisha menangis. “Jangan mengangis, aku akan selalu mengabarkan keadaanku disana, jangan kuatir aku janji 1 tahun yang akan datang aku akan pulang kembali padamu dan kita akan selalu bersama. Percaya lah!” ujar Bali sambil mengelus kedua pipi Gradisha. Bali pun menyanyikan sebuah lagu dari Brian McKnight “Back at One” untuk melepas kepergiannya. Dan itu menjadi lagu terfavorit Gradisha saat Bali pergi.
Udara panas membentangkan arahnya, sungguh sangat membuat tetesan keringat mengucur di sekeliling wajahnya. Tidak ada suara yang mengayun indah dengan bau udara yang masuk ke dalam kamar hanya kekeringan dan kusamnnya udara saat ini. Sungguh sangat panas dan membuat hari ini sangat membosankan. Gradisha pun terlihat sangat murung duduk di sofa berwarna hijau di samping tempat tidurnya. Banyak hal yang ia lamunkan seperti seseorang yang kehilangan arah dan terputusnya benang sebuah kepastian hanya terdiam. Berjalanlah dia dengan langkah kecil lalu menyalakan televisi yang ada di kamarnya. Gelas dari genggamannya pun terjatuh, perasaannya berkecamuk tak menentu, debar jantungnya terpompa sangat kencang, dan air mata tak henti-hentinya menetes dari kedua bola matanya yang memelototi televisi melihat berita bahwa penerbangan Garuda Indonesia untuk keberangkatan ke Itali terjadi kecelakaan dan salah satu korban meninggal dunia Bali Iskam Shad. Gradisha pun depresi berat dan sesekali berteriak-teriak. Hal itu sangat menyesakkan dan menghancurkan segalanya.
 Teman-temannya pun tidak bisa berbuat apa-apa melihat keadaan Gradisha seperti ini. Orang tua Gradisha yang sedih melihat tingkah anaknya yang menjadi tidak karuanpun memutuskan untuk membawanya ka New York agar melupakan semua yang menjadi beban hidup Gradisha. Gradisha pun berpamitan pada teman-temannya. Jenny memberikan sebuah kotak terakhir yang di titipkan Bali padanya dan di berikan pada Gradisha. Gradisha pun menangis, dan melihat isi kotak itu dan ternyata. Kumpulan surat-surat cinta yang tertanda dari Bali untuknya dari awal menyimpan perasaan pada Gradisha. Gradisha pun menangis dan menitipkan bungkusan itu pada Jenny karena ingin melupakan semua kenangan bersama Bali.
*
04 Juli 2006 pagi yang cerah di New York ditemani secangkir susu coklat dengan roti bakar tersimpan rapi di meja kecil dekat fas bunga mawar. Udara sejuk di pagi hari dan di sela-sela kamar di penuhi bunga mawar dengan berbagai warna. Sangat indah dan membuat suasana pagi itu menyenangkan. Senyum manis di pagi hari dengan lesung pipit menambah kecantikan Gradisha, dia memang sangat cantik. Gradisha pun memutuskan untuk berjalan-jalan keluar rumah. Indahnya New York di pagi hari. Tidak ada yang dapat menggantikan keindahan ini. Berjalan dengan benak penuh nama Bali. Berjalan sendiri di temanai bayang dan angan tentangnya takan pernah Gradisha bersedih sambil terbesit harap dia akan kembali. Cinta takan pernah berpaling itu yang ada di pikiran Gradisha. Mungkin ini adalah salah Gradisha haruskah dia selalu sendiri menitih benang kasih dengan membawa kepastian cinta yang tak nyata atau menunggu kepastian akankah datang cinta yang nyata kala hati tak bisa berkata hanya ada kata sesal. Tiba-tiba, terlihat sesosok pria tampan dengan memakai baju kaos berwarna hitam, celana blue jeans dan sepatu berwarna hitam yang sedang duduk di kursi taman sambil bermain gitar. Suara merdu dari tenggorokannya dengan alunan klasik dari gitar membuat mata Gradisha tidak henti-hentinya memelototi pesona itu. Dengan tak sadarnya, Gradisha pun menghampiri pria tampan itu. Pria itu menghentikan suaranya lalu tersenyum, mereka pun saling bertatapan lalu ternyata datanglah seorang gadis berambut ikal berwarna pirang dan menghampiri. Mereka pun berbisik lalu pergi meninggalkan Gradisha.
Di perjalanan pulang, Gradisha pun bertanya-tanya dalam hatinya. “Moom, aku pulang!” ujar Gradisha mengerutkan mukannya. “Dari mana sayang, pasti capek. Istirahat sana. Nanti sore mamah akan bawa kamu jalan-jalan” jawab ibunda Gradisha smbil membersihkan meja makan. Gradisha pun menarik selimutnya dan dia bersiap-siap untuk tidur. Gradisha memejamkan kedua bola matanya dan terlelaplah dia dari mimpi indahnya. Jam pun berlalu sangat cepat dengan lelapnya Gradisha tidur dan tak terbangun sedikitpun padahal rumah sangat gaduh. Gradissssssss, bangun nak ! sahut Ibunda mengetuk kamar Gradisha. “ehmmmmm ngantuk, jam berapa sekarang?” ucap Gradisha dalam hati. Sebentar mom, Gradis sudah bangun kok. Gradisha pun mandi dan bersiap-siap berjalan-jalan sore bersama ibundanya. Gradisha pun berdandan sangat rapi, memoleskan perlahan bedak di kedua pipinya, menggoreskan lipstik di bibir kecilnya, dan menyemprotkan parfum Brean New dari Paris. “Waaaaaaaaaaaaaaaaw cantik sekali anak mamah hari ini,” ujar Ibunda Gradisha sambil mencium pipinya. Gradisha hanya tersenyum sambil menatap tajam ke cermin. Gradisha dan ibunya pun pergi ke rumah teman lamanya. Lalu, Gradisha terkejut melihat pria tampan yang duduk di sofa itu bertubuh tinggi dan kekar. Sungguh tampan dan mereka pun bertatapan sesekali. Gradisha merasa ia pernah bertemu dengan pria itu. Pria itu pun mendekat dan tersenyum melihat Gradisha. “Kamu yang tadi pagi ya? Kenalkan namaku, Abalian. Panggil saja Bali.” Sambil menjulurkan tengannya. “Ehmmm Gradis .. Gradisha. Apa Bali?” jawab Gradisha kikuk. “Nama yang bagus untuk orang secantik kamu” jawab Bali. Terlihat senyum indah dengan pipi merona kemerahan dari wajah Gradisha. Ada getaran yang terasa baru dalam benak Gradisha dan membuat tali perasaan yang membuat tak henti-tentinya tersenyum. Mungkin waktu yang telah mengubah dan mereka pun menghabiskan waktu bersama dengan banyak perbincangan. Mereka pun semakin dekat. Lama waktu yang Gradisha lalui tak ada perubahan tetapi sekarang Gradisha baru telah hadir. 2 tahun pun berlalu, Gradisha dan Bali menjadi sangat dekat dan hiduppun berubah.
          Kriiiiiiiinggg Kriiiiiiiiinggg Kriiiiiinggg
          19 November 2008 pertengahan bulan di akhir tahun dan berbunyilah telepon di pagi hari. Matapun tak kuasa membukanya. Terasa sangat lengket dan malas. Gradisha pun mengangkat teleponnya. “ehmmmm siapa disana” jawab Gradisha dengan nada jutek. “Selamat pagi cantik, ayo banguuuuun !!! maukah kau berjalan jalan bersamaku nanti sore atau kita diner di tempat yang indah, mau ya?” ujar Bali merayu. “aduuuuuuuuuuuuh, Bali !! kamu yahhhhhh .. ya sudah, kita diner nanti malam. Kamu jangan lupa jemput tepat jam 7 malam” Jawab Gradisha. “ Siap cantik, sampai bertemu nanti malam. Bye !! Bye Gradisha” kata Bali dengan nada semangat. Bali pun menutup teleponnya. Jam 18.00 Gradisha pun bersiap-siap untuk bertemu dengan Bali. Gaun merah menyala dengan sepatu weigest berwarna hitam yang terdapat pita besar di tengah-tengah sepatu berwarna merah. Polesan make-up yang simple dengan perona pipi  ditambah lipstik merahmuda sungguh sangat cantik.
          “Tingtooooong tingtooooong”
          Bunyi bel menadakan kedatangan Bali. Gradisha pun bergegas turun ke bawah dan membuka pintu. Gradisha tidak kuasa menutup matanya, sungguh sangat tampan. Bali sangat rapi dengan kemeja hitam, celana berwarna blue black dan sepatu pantopel. Parfum yang tajam sangat wangi menusuk ke hidung Gradisha, bau itu sangat harum dan membuat Gradisha tersenyum menatap. “Ada yang salah?” tanya Bali sambil membenarkan kerahnya. “Tidaaaaaaaaak, kamu sangat tampan” ucap Gradisha dengan nada kecil. “Waaaaaaw, aku berdandan 4 jam yang lalu untuk bertemu denganmu gadis cantik, pesona mu membuat aku tak henti-hentinya memuji” ujar Bali sambil menarik tangan Gradisha kedalam mobil. Gradisha hanya tersenyum. Bali dimana pun Bali selalu membuat Gradisha bahagia.
          Perjalanan ini pun berhenti di tempat yang berada di pinggir pantai dengan perahu mirip titanic sangat megah dan mewah. Kaki Gradisha pun perlahan masuk ke dalam restoran yang berkarpet merah mirip Sang Ratu Inggris yang akan datang lalu hiasan lampu sorot di setiap meja menambah pesona ruangan yang membuat sangat indah dan Gradisha pun menapaki perlahan mendekati meja untuk makan dan terdapat banyak lilin sekeliling lingkaran meja dengan rangkaian bunga mawar di tengah-tengah meja sangat indah. “Ini sangat indah” ujar Gradisha menatap Bali. “Semua untuk mu Gradisha, Gradis .. aku bermaksud untuk melamarmu. Maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku, maukah kau menjadi ratu di istana kecilku dan sekarang sampai nanti kamulah yang akan aku cinta. Aku berjanji hari ini, sekarang sampai nanti kamulah yang kucinta” ujar Bali sambil menyodorkan cincin berlian satu mata yang sangat indah. “Aku ga bisa, ga akan pernah bisa” jawab Gradisha sambil meneteskan air mata. Gradisha hanya menatap tajam mata Bali lalu Gradisha bergegas lari ke luar. Bali hanya terpaku melihat tingkah Gradisha. Bali menelepon Gradisha tetapi tidak pernah di angkat. Gradisha berusaha menjauhkan diri dari Bali, Gradisha tidak mau Bali yang sekarang akan bernasib sama dengan Bali yang terdahulu. Minggu demi minggu Bali mendatangi rumah Gradisha, tetapi Gradisha tidak mau bertemu dengan Bali.
Gradisha memutuskan untuk berlibur ke Indonesia untuk bertemu teman-temannya.
                                                             *
 Tiga tahun yang telah dilewati, Gradisha sangat senang bertemu dengan Jenny. Jenny menyimpan banyak cerita tentang masa-masa dahulu yang manis dan akan selalu di kenang.  Gradisha melanjutkan cita-cita terpendamnya untuk menjadi penulis novel. Hari-hari Gradisha pun dipenuhi dengan membaca dan membaca semua hal yang dapat menjadi referensinya. Dengan membaca Gradisha dapat melupakan semua tentang Bali dahulu ataupun Bali di New York. Dimanapun, kapanpun, apapun Bali selalu ada di benak Gradisha. Gradisha membuat novel dengan penuh perasaan dia mencurahkan dan menumpahkan perasaannya lewat novel ini. Gradisha menamai buku novel pertamanya dengan judul “Ada Bali di New York”. Buku itu berisi tentang semua hal tentang Bali dan dimanapun Gradisha berada Bali selalu ada. Bali dahulu ataupun Bali baru semuanya membuat Gradisha kuat menghadapi semua sampai dia mampu membuat novel terkenal. Novelnya terkenal sampai kemancanegara. Bali yang berada di New York pun telah membaca novelnya dan memutuskan untuk ke Indonesia mencari Gradisha.
Malam ini awan menutup auranya. Bulan pun seakan memberikan sepotong keindahannya untuk sang langit malam. Menarinya sang bulanpun tak melayang lagi. Pesona kerlipan bintang malam pun seakan bermain petak umpet tak menunjukan batang hidungnya. Kekasih bulan bintang yang selalu berdekatan seakan tak mencintai lagi dan benang kebersamaan yang terajut telah putus. Udara malam yang sangat sesak hanya menemani pesona malam ini. Langit malam pun membuat sangat kantuk Gradisha padahal dia belum menyelesaikan mini novel keduanya. Kantuk dan malas hal yang dirasakan Gradisha malam ini. Akhirnya Gradisha terlelap dalam tidurnya.
I will always love you , I will always love you (bunyi SMS)
Terdengar keras bunyi SMS dari meja dekat televisi. Gradisha pun bergegas membuka SMS. Perasaannya pun tak karuan meliahat SMS dari Bali. Padahal itu sudah cukup lama, Gradisha telah mengubur perasaanya pada Bali. Lalu berlinanglah air mata Gradisha tak kuasa menahan kuatnya dia bertahan menahan perasaannya selama ini.
Dari     : 089898888 (BeMyBali)
Gradisha .. kamu dimana? Aku mencari mu kemana-mana. Jangan buat aku lelah. Sampai saat ini kamualah yang ku cinta. Aku akan mengunggumu. Tetap mengunggumu. Sampai aku lelah menguggumu. Aku akan datang dan menanti mu Gradisha. Aku akan memperlihatkan sebagaimana kuatanya aku mencintaimu. Aku siap terima semua kekuranganmu. Aku akan selalu mencintaimu. i love u, Gradisha.
Gradisha menjadi sangat kacau. Di satu sisi Gradisha sangat mencintai Bali tetapi di sisi lain Gradisha tidak ingin Bali yang sekarang akan bernasib sama dengan Bali yang dahulu. Gradisha pun kebingungan dengan perasaannya itu. Berhari-hari Gradisha mengurung diri di kamarnya.
         21 Desember 2010 adalah hari dimana Lounching Novel pertama Gradisha. Gradisha pun berdandan sangat rapi dan mempersiapkan Penerbitan Novel secara Resmi. Kaki pun menapaki mobil Honda City berwarna hitam lalu Gradisha mengendarai mobilnya ke daerah Sari Jadi untuk mendatangi penandatanganan Lounching Novel. Setelah turun dari mobil, Gradisha menaiki lift dan menaiki panggung megah dengan tirai berwarna merah. Sangat banyak sekali orang yang antusias datang untuk sekedar meminta tandatangan ataupun melihat seorang penulis terkenal bernama Grad atau bernama Gradisha Aurora Quini. Di tengah-tengah kerumunan orang, terlihat sesosok pria berbadan tegap dan besar membaga seikat bunga mawar menghampiri. Terkejutlah Gradisha melihat Bali ditengah kerumunan orang. “Aku bilang aku akan datang untuk menjemputmu, Grad” ucap Bali dengan nada keras. “Apa yang kamu lakukan Bali. Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi      !” ucap Gradisha sambil mengangkat tangannya. “Aku menunggumu Gradis, aku tetap menunggumu, aku akan tetap menunggumu. Maafkan aku ! aku terlanjur mencintaimu dan tepat didalam buku yang berjudul Ada Bali di New York halaman terakhir tertulis kita akan kembali ke New York membuat rancangan istana kecil bersamaku” jawab Bali sambil memberikan seikat bunga. Gradisha pun tidak bisa berkata-kata lalu mereka saliang berpelukan. “Aku sangat mencintaimu Bali, aku serahkan hatiku seluruh cintaku hanya untukmu” ucap Gradis sambil memeluk Bali. “Aku berjanji pada tuhan, sekarang sampai nanti kamulah yang ku cinta selamanya, sampai mati. Kamulah yang kucinta” jawab Bali sambil mengelus geraian rambut Gradisha.
*
Pemandangan New York hari ini sangat indah dan berbeda dari hari biasanya. Udara sejuk dengan banyak bunga yang berguguran. Pemandangan seperti di lukisan indah yang menebarkan pesona New York seindah perasaan Gradisha. Bali pun mengajak Gradisha kembali ke New York dan mempersiapkan rencana pernikahannya. Setibanya di New York, Bali membawa Gradisha ke taman kota. Tepat dimana mereka pertama kali bertemu. Gradisha sangat senang dan merasa kaget ketika Bali mengajak Gradisha ke tempat dimana Gradisha terpesona pada pandangan pertama pada Bali. “Ada Bali di New York” ucap Gradisha sambil tersenyum. “Bukan Ada Bali di Hatimu, di manapun, kapanpun dan keadaan apapun Bali akan selalu ada” jawab Bali. “ia, ada Bali disini. Di hatiku” ujar Gradisha memegang dengan keras tangan Bali. Bali pun mengambil gitar dan menyanyikan lagu dari Brian McKnight “Back at One” sambil berdiri di kursi kebun di taman kota New York. Ini adalah lagu kesukaanku dan untuk orang special yang akan menemaniku selamanya Gradisha Aurora Quini. Ternyata di kala cinta menyapa, sejauh apa pun itu Bali dan Gradisha tak terpisahkan.
***

04 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar