Menangkap Sayap Kenangan
Aku kembali ke masa itu. Masa dimana aku pertama kali melihatnya. Melihat seseorang yang penuh dengan beribu teka teki. Bahkan aku menyukainya saat pandangan pertama berjumpa. Aku pun tak tau mengapa perasaan itu muncul dengan seakan menyambar detikku. Taukah bagaimana rasanya? Udara seakan menyejukan sampai kerelung hati, perasaan indahpun seolah seperti bunga yang berterbangan, bahkan mataku pun tak henti berkedip menatapnya. Dan berlanjutlah rangkaian cerita ini.
Saat itu, 12 mei 2009 pukul 15.47. Aku selalu mengingatnya. Tepat hujan yang sangat lebat yang mengguyur seisi kota. Bahkan hujan ini seakan menghancurkan payungku. Hari itu sungguh sangat aneh. Lalu, aku tersentak menatap seorang pria. Ia terpaku membaca sebuah buku sambil sesekali menyedot minumannya. Sangat serius seperti seorang ilmuan yang membaca rumusan praktikumnya. Bodoh ! bagaimana bisa ia membaca komik sambil keadaan hujan lebat? ujarku dalam hati. Tetapi saat itu, ada sesuatu tanda tanya besar difikiranku. Ia memang berbeda di bandingkan pria lainnya. Bahkan saat pertama kali aku melihatnya. Ia membuat aku sangat penasaran. Aku pernah melihatnya sedang bercengkrama dengan teman-temannya sambil membaca sebuah buku besar. Aku pernah pula melihatnya makan pun sambil membaca buku. Dan aku pernah keheranan melihatnya saat ia berjalan sambil membaca buku. Selalu saja buku itu tak sedetikpun ia lepaskan dari pandangan matanya. Sangat aneh, bahkan aku dibuatnya keheranan. Pria itu bernama Hisol Amrundi Villao. Seorang mahasiswa jurusan desain. Dan ia kaka tingkat satu fakultasku.
“Hai ..” ucapku sambil tersenyum. Itulah pertama kalinya aku berusaha menyapanya. Ia hanya diam. Bahkan ia tak sedikitpun melirik padaku. Bagaimana bisa, ia mengacuhkan sapaanku? Padahal aku telah susah payah menyapanya. Hatikupun sangat kesal. Langkahku pun menuju tangga tepat di atas Gedung Isola. Tunggu ... ! dengan nada menyentak. Ku dengar seseorang mengatakan itu padaku. Aku pun berbalik sambil memegang payungku. “apa kau katakan?” ucapnya sambil meletakan buku di disampingnya. Aku pun melangkah mendekati pria itu. “maaf, aku hanya ingin menanyakan apa yang kamu lakukan disini? Ini hujan !” ucapku terpatah-patah. Ia pun tersenyum dan mencoba menjelaskannya. Aku menatapnya lagi. Tak ku pungkiri pria itu sangat tampan. Terlihat sederhana tetapi penuh dengan pesona. Aku pun tak begitu memperhatikan apa yang ia katakan. Terlalu terkesima ku menatapnya. Aku hanya ingat, Ia mengatakan bahwa ia sedang menangkap kenangan. Aku pun tak mengerti apa yang di ucapkannya. Dengan muka kebingungan akupun menghela nafas dan berjalan meninggalkannya. Tak ku sadari aku benar-benar meninggalkan dia dan membawa teka-teki besar.
Langkahku pun seakan sangat berat bahkan aku yang hanya terfokus memikirkannya tak menyadari bahwa saat ini seharusnya berada di kelas. Dengan fikiran yang bercabang pun aku berjalan tak tertuju. Berjalan perlahan dengan langkah kecil sambil fikiran yang tak terfokus. “Mengapa raut wajahnya selalu menghalangi pikiranku?” ucapku dalam hati. Saat itu, aku baru menyadari bahwa aku belum berkenalan dengannya. Bodoh bodoh bodoh ! hanya kata itu yang terus menerus ku ucapkan. Alhasil, kesempatan itu tak akan pernah datang untuk kedua kalinya. Dan aku membuang itu dengan sia-sia. Walupun aku telah mengetahui namanya, tetapi aku ingin dia mengetahui namaku juga. Aku seakan gila karena pria itu atau aku hanya mencari teka teki atas semua ini? Bahkan teka teki perasaanku pun belum jelas arah ungkapnya.
3 minggu berlalu tanpa sebuah cerita. Aku tak bertemunya selama beberapa minggu ini. Aku telah mencarinya kemana-mana. Bahkan, aku menunggu sang hujan datang saat ini sebagai saksi saat aku pertama kali berbicara dengannya. Itu sangat sia-sia. Ketika aku memutuskan untuk pulang ke kosanku, aku melihat pria itu. Aku pun mengucek mataku yang ku anggap itu halusinasiku. Ternyata itu memang benar. Pria tampan si pembaca buku dibawah pohon besar. Tapi apa yang ia lakukan di toko buku tua itu? Aku pun berperang dengan perasaanku. Apa aku harus masuk dan mencoba bertanya padanya? atau aku harus pulang dan membuang jauh-jauh rasa penasaran ini? Aku pun sangat kebingungan. Mondar-mandir halaman pertokoan sambil menggaruk kepala. Dan, ia keluar. Tepat berada dihadapanku. Dengan muka kebingungan aku hanya tersenyum. “ada apa ya? Ehmmm bukankah kau yang saat itu menyapaku di taman cinta?” tanyanya padaku. Aku tersenyum dan menjawab pertanyaannya. Akhirnya cerita ini pun berubah menjadi sesuatu yang lebih indah. Bahkan saat ini aku sedang bercengkrama membicarakan banyak hal dengannya. Sungguh tak ku duga.
Realita membuka satu persatu tabir rahasianya. Semua teka teki yang membuat tumpukan penasaran pun akhirnya terungkap. Aku baru menyadari apa yang ia katakan saat pertama kali aku bertemu dengannya, menangkap kenangan. Ia menceritakan bahwa tempat ini adalah tempat dimana pertama kalinya kakeknya bertemu seorang gadis yang sangat cantik saat itu. Tempat ini menjadi saksi dimana kekuatan cinta menaklukan tahta dan harta. Perjuangan antara seorang pria yang mencintai seorang wanita yang berbeda kasta. Seperti sebuah cerita skrip sinetro. Tetapi ini nyata. Pada saat itu, Gedung Isola yang dahulu pernah disebut Gedung Siliwangi menjadi saksi pengokohan cinta mereka. Menurut sejarah saat Pemilik villa itu dulunya adalah seorang konglomerat bernama Dominique Willem Berretty, seorang peranakan Jawa-Italia yang menetap di Indonesia. Kata Isola pada Villa Isola diambil dari kata Isolo yang berarti terpencil. Terlihat dari falsafah Berreti saat membangun villa ini yang berbunyi 'M Isolo E Vivo' yang berarti 'saya mengasingkan diri dan bertahan hidup dalam kesendirian. Tempat itu memang sepi walaupun keadaan sangat ramai. Aku pun tak begitu paham apa yang dikatakannya. Tetapi aku mencoba memahaminya. Bahwa ia sangat memegang teguh apa yang disebut kenangan. Bahkan, kenangan yang tak pernah ia rasakan.
Hari-haripun berubah menjadi sebuah pencarian tentang bagaimana kekuatan cinta dimasa lalu yang tak menyatu menjadi sebuah sejarah besar. Bahkan tempat ini menjadi tempat simbol kenangan suatu kota. Aku pun mencoba mempelajari teka teki itu. Buku demi buku aku harap bakal ada sesuatu yang real yang dapat terungkap. Cerita pun tak berakhir hanya dengan adanya cerita saat ini.
Selama beberapa bulan lamanya aku membaca bermacam-macam kumpulan sejarah. Akhirnya aku menemukan sebuah jawabannya. Jawaban dari rubik kisah cerita cinta di Gedung Isola. Salah satu karya arsitektur yang membentuk citra Kota Bandung adalah Villa Isola yang yang didesain CP Wolff Schoemaker. Bangunan yang didirikan tahun 1933 ini merupakan pembangkit memori sebagian besar masyarakat akan Kota Bandung. Kakek pria itu bernama R.Berto Maluall seorang asisten pekerja CP Wolff Schoemaker arsitek gedung isola. Cinta memang tak pernah melihat status kehidupan. Kakek pria itu pun jatuh cinta pada seorang gadis yang sangat cantik bernama Rialichandi Fround Melky keponakan dari D.W. Berreti pemilik isola. Cinta mereka itu ditentang oleh berbagai keadaan. Walaupun saat itu D.W. Berreti meninggal saat kecelakaan pesawat membuat perubahan tak pernah terjadi. Pertentangan antara kasta yang berbeda tak pernah bisa menyatu. Sungguh sangat ironis apabila aku berada di posisi itu. Bagaimana tidak, aku hanya bisa diam saat semuanya melarangku mencintai seorang pria yang benar-benar aku cintai.
Hari ini, gerimis pun datang. Sudah lama aku tak merasakan kehujanan. Hari-hariku tersita dengan mencari fakta atas sebuah tabir cinta yang belum terungkap. Kisah itu tak berhenti di saat itu. Rialichandi Fround Melky atau nenek pria itu pun mengandung. Karena seisi daerah itu mengetahui bahwa keponakan dari D.W. Berreti mengandung dan berusaha memisahkan mereka berdua. Akhirnya takdir berkata lain, nenek pria itupun pergi ke surga membawa cintanya saat melahirkan anaknya. Aku terdiam memikirkan berbagai teka-teki dihadapanku. Sungguh aku dibuat keheranan atas semua bukti-bukti yang berada di depanku. Banyak hal yang tak pernah aku duga sebelumnya.
Langakahku pun tersentak cepat. Aku ingin memberi tahu pria itu atas semua bukti yang ku dapat. Aku berjalan menuju taman cinta sebagai saksi kekokohan gedung isola. Dia tak ada. Hari demi hari aku menunggunya. Bahkan, aku tak pernah melihatnya lagi saat ini. Aku mencari tahu bagaimana bisa benar-benar ia tak ada. Tak ada satupun yang mengetahuinya. Bahkan orang-orang itu menyangkaku berhalusinasi tinggi. Tidak mungkin ucapku. Aku benar-benar bertemunya. Bahkan aku beberapa kali bertemunya. Dan apabila hujan bisa bersaksi ia pun akan mengucapkan bahwa aku tak bergurau.
Aku terdiam sejenak. Apa maksud semua ini. Aku telah susah payah mencari Ternyata aku baru menyadari bahwa Hisol Amrundi Villao hanyalah sebuh hayalanku. Bagaimana dengan isi sejarah yang ku cari saat ini?
Ku tutup perlahan buku besar ini. Hari ini tepat hujan gerimis saat aku menghentikan ceritaku. Cerita atas rangkaian kisah cinta masa sejarah akan selalu tersimpan dalam indahnya rangkaian kata ini. Berakhirlah kisah ini dalam detik tanganku. Menangkap sayap kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar