Aku Seorang Wanita
Saat ini, hujan dengan sangat derasnya mengguyur telapaknya. Percikan hujan yang lama-kelamaan membesar dan membasahi tubuhku. Dingin! Ini sebuah perjuangan. Bukan mengenai sebuah kewajiban tapi inilah sebuah tekad. Ingin rasanya seperti orang lain, hanya duduk santai sambil berbaring di sofa. Tapi aku tak bisa! Bagaimana dengan nasib anakku nanti? Aku tumpuan mereka. Bahkan mungkin aku satu-satunya yang mencoba membahagiakan dengan segala kesederhanaan. Walaupun aku tak mempunyai harta kekayaan, tapi selalu saja aku mengajarkan mereka untuk memperkaya hati bukan harta. Tetapi, memang keadaan yang mengajarkanku bahwa saat ini harta pun penting untuk mereka. Walaupun aku hanya wanita biasa yang kadang lelah, selalu saja mereka yang membuatku kuat. Walau kerentaan usia perlahan melemahkan semangatku.
Lihatlah , aku seorang wanita berumur 48 tahun dan seorang kepala keluarga. Semua kepala keluarga itu seorang pria. Sedangakan aku wanita? Memang benar ! aku seorang wanita. Tetapi apakah karena aku seorang wanita aku hanya harus diam di rumah sedangkan mereka menjerit kelaparan. Siapa yang ingin menyalahi takdir? Aku bukan menyalahi takdir, tapi inilah kenyataan. Aku tak bisa hanya terdiam. Karena merekalah aku mencoba kuat, bahkan sangat kuat. Aku seorang ibu. Dan kenyataan membawaku dalam tabir kehidupan bahwa aku tertakdir hidup dengan 2 orang anak tanpa seorang suami. Mereka segalanya dalam diam dan dalam segala hal untukku.
Pagi ini, aku harus segera berangkat bekerja. Sangat pagi? Yah, memang itu yang selalu aku lakukan. Mungkin, semua orang menatapku dengan mata sebelah. Mana bisa aku wanita bekerja sebagai supir truk? Bahkan gajiku hanya 25.000 perhari, mana bisa ? Dengan tekad yang kuat aku pun selalu tak memperdulikan apa kata mereka. Apakah dengan cacian mereka akan perlahan merubah hidupku? Tidak ! hanya aku sendrilah yang bisa merubahnya. Aku bertekad bahwa hanya akulah yang boleh merasakan kejamnya dunia. Aku akan selalu membuat mereka tak pernah merasakan kesulitan yang aku rasakan. Selalu aku berusaha mengajarkan mereka dalam segala hal, mingkin saja itu akan selalu mereka ingat. Sampai kapanku aku akan selalu mencoba memberikan yang terbaik untuknya.
Sangat terik mentari menyinari tubuh rentaku. Keringat yang mengucur tak terhentikan. Ini demi mereka. Aku harus sangat kuat. Aku tersenyum menatap segerombolan anak muda yang tertawa-tawa sambil bercengkrama dengan teman sebayanya. Apa yang dilakukan anakku saat ini? Mungkin saat ini mereka hanya terdiam di rumah menunggu kebahagiaan datang dengan menahan lonjakan kelaparan dari dalam perutnya. Dan ketika aku melirik ke samping tepat saat ini aku berpijak. Lihat juga lah mereka, terkapar dengan lelapnya di trotoar jalanan. Aku tak tau apa yang mereka rasakan. Saat mendalami kata takdir hanya terdiam dalam heningku. Bukan hanya aku yang mempunyai beribu cobaan dalam kurungan takdir. Bahkan bukan hanya aku yang mengalami kesulitan dalam takdir. Mungkin, tuhan menciptakan tabir takdir yang beragam agar aku mampu berjuang. Walaupun aku seorang wanita. Aku harus sangat kuat. Kuat dalam arti menapaki takdir dan ingatlah! tuhan tak akan pernah tidur. Takkan pernah tidur.
Saat ini, hari kartini. Yah , aku memang seorang kartini. Bergetarlah hati ini saat aku terdiam menatap mereka yang terlelap di sofa. Mungkin mereka tertidur sambil menahan laparnya sang perut. Mereka membuatku sangat menyesal. Bahkan aku tak bisa memberikan kebahagiaan yang mereka inginkan. Aku tak pernah menyesal dan menyalahi takdir hanya saja ini berkecambuk dalam hatiku. Sungguh sangat gundah hatiku saat ku menatap mereka. Suatu saat nanti perjuanganku takan pernah ada kata sia-sia saat aku melihat mereka bahagia. Banyak hal yang mereka butuhkan, dan hanya akulah yang akan membantu membangun masa depan mereka. Mereka bukan hanya anak bagiku, tapi mereka pula lah malaikat yang dengan sangat sempurnanya menyegarkan hatiku. Aku tak ingin meminta beribu balasan dari mereka, aku hanya ingin mereka mengetahui bahwa aku sangat bangga memiliki mereka.
Inilah aku , seorang wanita yang berusaha mewujudkan tumpukan mimpi mereka. Mimpi yang perlahan akan aku wujudkan demi mereka. Aku tersenyum. Ku kecupkan ciuman di keningnya menandakan aku sangat beruntung memiliki mereka. Aku beruntung memiliki kekuatan dari kedua malaikat kecilku. Malaikat pengirim kekuatan besar untukku. Dan mereka takan pernah terbayar oleh apapun dan sama halnya dengan cintaku. Mungkin saat ini, suamiku menatap dalam pelukan surga sambil mengatakan aku seorang wanita yang kuat dan ia bangga padaku. Walau pun aku seorang wanita, tetapi aku tak ingin dikatakan wanita biasa. Aku seorang wanita yang kuat dengan sumber cinta mereka. Aku mencintai mereka !
22 April 2011
cerpen ini di buat untuk meningatkan perjuangan orangtua yang sangat besarnya. :) katakan saat ini bahwa kalian menyayangi orangtua kalian. karena mereka tak hentinya memikirkan kalian dalam nyata dan diamnya. <3 momdad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar