Sabtu, 30 April 2011

Darah di Titik Akhir


Titik awal. Darah ini saksiku. Saat aku lahir dan saat aku mati. Gumpalan yang kental bersatu dengan nadiku. Di tubuhku terdapat darah. Darah yang suci. Darah yang mengalir terus menerus. Dan darah yang diciptakan oleh tuhan dari campuran cinta mereka. Darah ini saksi. Saat awal, tengah, dan akhir. Saat hidup dan mati.
Darah itu merah. Gambaran ke kuatanku. Gambaran ke hebatanku. Dan gambaran tuhan untukku. Merah itu berani. Seperti halnya aku mengejar hidupku. Aku memang pemberani. Karena aku terlahir dari darah mereka. Tak pernah ku melupakannya. Bahkan, kekuatanku hanya akan tunduk pada mereka. Darah ini hasil mereka. Karena darah ini, aku ada.
Saat darah di titik tengah. Darah? Hela nafasku tak beraturan. Mataku diam, tak melirik. Bahkan aku hanya melihat darah. Ku rasakan detakku mengerut. Tak kencang. Tak seperti yang selalu ku rasakan. Darah ini terus mengalir. Banyak bayangan hitam yang akhirnya menutupi cela mataku. Pekat. Hanya si hitam pekat yang terlihat. Ku dengar suara semu dalam sekitar. Hanya saja, aku tak dapat bangun. Aku tau, darah ini hilang. Aku berdarah !
Nadiku mengintip. Aku tau aku memang berdarah. Aku tak dapat menggapai nadiku. Bahkan aku hanya terpaku terbaring. Saat nanti aku hilang. Aku tak bernyawa. Seolah aku mayat belaka. Aku belum mati, walau aku berdarah. Terniang satu kata dari rolong telinga. Darah. Aku banyak menghilangkan darah. Aku akan hilang karena aku kehilangan darah. Saat ini aku belum hilang, mungkin beberapa menit lagi atau terhitung detik. Bertahan mungkin takkan bisa. Aku sudah puas hidup dengan darah. Aku tau bahwa aku butuh darah. Bahkan darah ketika ia melahirkanku. Darah mereka. Ketika ini jalanku, aku akan pasrah.
Darah itu cair. Darah akan mengalir. Darah memang mengalir! Tak pernah ku merasakan untuk menghentikan alirannya. Dunia ini memang mengalir apa adanya karena dan atas ijinnya. Hidupku pun terus mengalir. Seperti halnya air. Saat aku berserah padanya. Aku tau, darah itu miliknya. Akan ku kembalikan suatu saat nanti. Mungkin saat aku siap melepaskannya. Saat ini mungkin saatnya.
Darah di titik akhir. Aku menghela nafas. Darahku akan habis. Sama seperti berhentinya detakku. Darah ini darah terakhirku. Titik terakhir. Tak pernah ku merasa menyesal. Walau saat ini darah terakhir, akan ku berikan yang terbaik untuknya. Dan untuk mereka. Akan ku kembalikan darahku. Aku hanya meminjam darah mereka. Sama halnya aku meminjam dunia ini. Saatnya darah akan habis, aku akan terbaring tanpa darah. Ini darah terakhirku. Ku serahkan dan ku tutup darahku.

7 komentar:

  1. inspirasi dari mana ini... mau bunuh diri ya ay :p

    BalasHapus
  2. hahhahhahah ... ia bunuh dri :p hhihihih

    BalasHapus
  3. Numpang nyimak dah ahh blum kelar d baca .. haha
    :bd nice postingggg

    BalasHapus
  4. amazing,..
    essay nya tinggi banget kata"nya ay, kalau orang biasa pusing bacanya..hhe:)
    tapi bagus bangeet ay, ayoo semangat.........:)

    BalasHapus
  5. hehhehe cerpen kandi :d hehhhe , mkin semangaaat nulis aku :D hahah

    BalasHapus