Di jam tanganku tepat jam 12.00 dan matahari berada seolah di atas kepalaku. Terik matahari memancar dengan sangat silaunya seolah mengantarkanku untuk pergi kekampus. Sinar yang pernahan dapat membakar kulit halusku, biasaaaa. Aku memang salah satu mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung yang selalu ceroboh, biasaaaa. Langkah tergesa-gesa menapaki tangga yang begitu panjangnya lalu terjatuh, itu biasaaaaa. Bahkan roll rambut yang masih menempel di poniku yang tak sedikitpun aku hiraukan, itu pun biasaaaaa. Lalu .. Langkahku pun menuju toilet dan terlihat sosok pria tampan dengan bulu halus di pipinya.
“maaf, apa aku salah masuk toilet?” (selalu biasaaaaa) ujarku sambil menghela nafas. Ia pun memutar badannya. Ternyata itulah dia, pria yang selalu membuat pandanganku tak berhenti sekejappun menatapnya. Mantanku. Atau mungkin status yang belum tepat di katakan mantan. “ LAU, mau apaaaaaa kamu disini?” jawabnya sambil menggaruk kepala. Itu namaku, LAU . Lathecha Aurora.Ternyata aku selalu begitu, salah memasuki toilet bahkan saat ini aku memasuki toilet yang ada sosok pria tampan itu, Ceflin Sudirman Adiaksa. Itu sangat biasaaaaaaaaaaa. “maaf, aku selalu begitu” ucapku sambil senyum simpul. Ceflin lalu tertawa menatapku.
Ternyata sudah sangat lama aku tak bertemu Ceflin, hampir satu tahun lamanya. Aku pun terlihat sangat gugup bertemu dengannya. Akhirnya kita pun menghabisakan waktu bersama seharian penuh. Banyak hal yang kami bicarakan bahkan masalah dahulu yang sampai saat ini belum menuju titik temunya. Aaaaaaaaaah selalu begitu, itu biasa. Kita pun berjalan menuju tempat yang selalu kita datangi. “Red Romantic Story, restoran seafood terbesar di kota Bandung. Kenapa aku selalu mau di ajak ke tempat ini, padahal dulu aku sangat membenci Caflin karena ia tega meninggalkanku. Laaaaaaaau !! sadar doooong. Itu sudah satu tahun lamanya” Ucapku dalam hati. Lalu Caflin menatapku dan tersenyum. “lauuuuu, ayo masuk. Kamu kenapa?” aku pun membalas tatapanku. Lalu menghabiskan waktu bersamanya.
Mentari perlahan menutup, berubah menjadi gelapnya sang malam. Setelah beberapa jam kita mengobrol tak terasa sudah terdengar adzan magrib. Aku pun menghentikan pembicaraan dan mengajaknya untuk sholat magrib. Setelah selesai sholat magrib, lalu Caflin pun mengantarkan aku pulang. Aku pun tertidur dengan sangat lelapnya.
Pagi hari yang indah ini membukakan jendela baru. Aku merasa sangat malas untuk ke kampus, bagaimana tidak. Aku selalu mempunyai banyak jadwal penuh yang selalu membuatku bosa. Bahkan sangat bosaaaaa. Ketika aku melihat jam ke arah meja dekat tempat tidurku ternyata waktu tepat menunjukan jam 09.00 dan saat itu juga, aku berlari menuju toilet. Persiapan yang selalu tergesa-gesa membuat aku lupa membawa tugas-tugas yang telah dikerjakannya tengah malam tadi.
Angin yang meniup dengan sangat tegasnya mengibarkan rambutku yang terurai. Akupun melanjutkan langkahku. Lihat ini, merapihkan dan menata rambutku yang kusut teracak angin, selalu begitu. Menambahkan perona merah di pipiku, selalu begitu. Bahkan aku selalu berlari ke kampus dengan mencopotkan sepatuku, selalu begitu. Aku menuju toilet dan terlihat sosok pria tampan itu lagi, Caflin.
“apa aku salah memasuki toilet lagi?” ucapku sambil perlahan menuju keluar. Caflin tersenyum dan mengelus rambutku. “Dia pria yang sangat manis. Sepertinya tuhan menakdirkan aku bertemu dengannya lagi. Bertemu di tempat yang salah, walaupun di toilet pria. Apabila tuhan tidak menakdirkan aku bertemu dengannya mana mungkin setiap aku salah memasuki toilet aku selalu bertemu dengan Caflin. Ini sepertinya rangkaian tuhan.” Bisikku dalam hati.
Dengan sangat malunya, aku pun berpamitan dan bergegas menuju ruang kelas. “laaaaaaaaaau !!!” Caflin memanggilku dan mengajakku untuk makan siang bersama di tempat biasa kita selalu makan. Akupun tersenyum dan hanya mengangguk. Seperti jawaban yang menegaskan kata ia padanya, tetapi aku alihkan dengan bahasa tubuhku. Aku terdiam dalam tanda tanya yang sangat besar di pikiranku. Apa aku sangat bodoh bersikap baik padanya? apa aku sangat bodoh apabila jalan dengannya? Dan apa aku sangat bodoh apabila mencintainya lagi?
Teringat dengan seketika, dulu aku pun pernah berjanji tidak akan memaafkannya, aku tidak akan menemuinya, dan aku tak akan mau bertemunya lagi. Tapi setelah kenyataan datang, aku pun berperang dengan logikaku. Itu masa lampau, dan itu mungkin takdir. Akhirnya kenangan satu tahun pun berlalu. Ini sebuah susunan dimana sebuah molekul perasaan yang hilang dan takan bisa menyatu lagi kini perlahan menyatu. Terlalu ilmiah tapi itu yang bisa aku katakan. Takdir mempertemukan aku dengannya lagi.
Selalu saja aku merasa aku sangat bodoh. Tetapi aku tidak bisa membohongi perasaanku bahwa aku masih sangat mencintainya. Bagaimana tidak, Caflin sangat tampan. Dia pun pintar. Siapa yang tidak akan jatuh cinta padanya? aku pun berkali-kali membuang perasaanku jauh-jauh, tetapi aku jatuh ke lubang yang sama lagi. Aku pun selalu berdebat dengan logikaku saat aku ingin bertemu dengannya. Bagaimana tidak begitu, pertama aku harus bertemu seorang yang pernah melukaiku. Dan yang kedua aku harus bertemu dengan orang yang telah membuatku jatuh cinta. Dan yang ketiga, aku sangat bingung saat aku harus memutuskan untuk pergi bersamanya atau tidak.
Acara makan siangpun terlaksana dengan sangat baik. Seperi susupan puzle yang telah terrancang sebelumnya. Aku menyukai tempat ini. Apalagi aku di temani Caflin. Aku tak pernah mencoba untuk mengunjungi tempat yang pernah aku kunjungi dengannya lagi. Ini kedua kalinya aku ke tempat ini, dan rasanya masih sangat sama. Aku selalu menyukainya.
***
Enam bulan berlalu tanpa ada status yang kurasa sangat belum jelas. Tetapi Caflin mengatakan bahwa ia menyukaiku lagi. Selalu saja inidah. Aku dan Caflin menghabiskan waktu bersama setiap saat. Dan hari inipun aku akan ke tempat biasa aku akan bertemu dengannya.
Sinar mentari menepi ke arah jendela kamarku, pagi yang terasa sejuk dangan kicau burung serentak seakan membangunkanku. Tepat jam 06.00 pagi, jam bekerku pun berbunyi. Tak tahu kenapa, saat aku bangun terasa sangat indah. Mungkin karena saat siang nanti aku akan bertemu Caflin. Tetapi saat ini, aku pun merasa sangat bingung. Ketika Caflin tidak menjawab semua teleponku. Aku pun berfikir dengan sangat gundahnya, aku takut akan sesuatu yang akan terjadi padanya. selelah aku terdiam sejenak, aku pun teringat akan toilet itu. Aku berlari dengan sangat kencangnya menuju toilet.
Cafliiiiiiiin Cafliiiiiin Cafliiiiiin !!!
Teriakku dengan sangat kerasnya. Selalu saja aku ingin pergi ke toilet, mingkin saja aku dapat bertemu dengannya. Aku bingung ! mengapa Caflin melakukan ini lagi. Hilang tanpa jejak seakan ditelan sang bumi. Aku pun kebingungan dan berjalan perlahan menapaki tangga. Terdengar bunyi nyaring dari handphoneku. Caflin memutuskan untuk kembali kepada mantannya dan meninggalkanku. Ia tak sedikitpun mencintaiku. Ia hanya bimbang dengan keadaanku saat ini. Dan ia memutuskan untuk meninggalkanku jalan yang ia tempuh dan menurutnya itu yang terbaik.
Aku terdiam. Air mata ku pun tak kausa menahan gejolaknya. Linangan air mata perlahan menetes mengalir deras di pipiku. Bagaimana caranya agar ia mengerti. Mengapa Caflin tega meninggalkan aku lagi. Mengapa saat aku merasa ia telah berubah ia meninggalkan aku demi dirinya. Aku selalu jatuh di lubang yang sama. Mungkin dahulu tuhan telah mengujiku, apa aku akan terus memegang janjiku atau aku mengingkarinya. Dan akhirnya aku mengingkari janjiku. Dan ketika aku menyadari, ia memang tak selamanya. Ia memang tak nyata. Mungkin tuhan memiliki jalan yang lebih baik. Bukan dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar