Sabtu, 26 Maret 2011

Mata hitam , pekaaaaat



Aku terlahir dengan kuasanya tanpa dapat melihat dunia. Tanpa terang, tanpa sinar. Gelaaaaaaaap ! Tak pernah aku rasakan indahnya silauan dunia. Yang kurasakan hanyalah gelapnya sang pekat menyelimuti mataku yang seakan menghilangkan rasa indah. Tak pernah sedikitpun terlihat terang walau sinar berada di sekeliling kegelapan. Akan selalu sama , pekaaaaat !
Aku hanya punya satu teman. Sebuah suara dari dalam hati yang selalu menemani ku dalam kegelapan. Tak pernah ada yang dapat merasakan yang aku rasakan. Bisa di tukar ? Bahkan orang yang melihatku pun, tak kuasa memegang tangganku, merangkulku atau melindungiku dari hal apapun mereka hanya mencabikku dengan kata-kata kasar. Siapa yang ingin hidup sepertiku? Silahkan tukar hidupmu denganku.
Konflik dalam diri sering ku rasakan. Fatamorgana yang selalu dikatakan indah, tak terlihat olehku. Bahkan ku dengar ! Kata orang sekarang waktu telah menutup indah ke dalam pusar bumi.  Kata-kata orang ketika datangnya indah sang malam  yang terjadi kanfas langit diselimuti. Kata orang-orang pagi pun tergambar dengan proyeksi sempurna. Dan kata-kata-kata orang selalu itu yang ku tau, hanya kata orang. Siapa mereka ? aku pun tak tahu. Hanya tau kata orang.
Aku ingin berjalan menuju sang terang dan menukarkan kegelapan dengan sedikit warna terang. Ini pekat ! aku tak suka. Bahkan orang yang merasakan ini pun akan berkata denganku. aku tak suka. Ini seperti sebuah permainan, ada yang dapat melihat sang terang dan ada yang hanya dapat melihat sang kegelapan. Aku hanyalah seorang yang kalah yang menerima sang kegelapan.  ini gelaaaap , pekat !
Apa aku hanya ingin terjebak dalam dunia terang yang tercipta di sini? Apa aku hanya ingin  tetap diam disini?di mata hitamku. Terkadang tak selamanya sang terang indah dan ia membawa pengaruh sinar yang seakan mencoba menarikku ke sisinya. Dan terkadang sang kegelapan pun tak selamanya tertutup dan tersangkar dalam sang pekat. Dan mana yang seharusnya aku pilih ?
Tersadarku dalam sebuah logika besar, hidup seperti kerangka yang tersusun secara acak, selalu berbeda. Tak pernah sama ! Bagaimana cara kita menyusun kerangka itu dan menyatukannya. Bahkan walaupun seakan pekat itu dapat terlihat terang bagaimana kita menciptakan sang terang. 

Mata hitam walau tanpa sinar terang !


Pacarku itu, TUHAN !


Pacarku itu, TUHAN !
                                                          [1]
Aku penulis muda dan mahasiswa di sebuah perguruan negeri swasta di Bandung. Karakter goresan sipenulis yang  selalu menggambarkan realita dalam tinta tulisannya. Selalu terbitan majalah memintaku membuatkan banyak tulisan untuk majalahnya. Tak pernah lupa aku lampirkan inisial HH dalam cerpenku. HOLLY HILL, namaku. Aku terlahir di Belanda, walaupun aku tinggal lama di Indonesia. Darahku memang kental dengan darah Belanda dan Sunda. Itu karena, ayahku asli warga negara kincir Angin. Walaupun demikian aku belum pernah ke tempat asing itu.  Anganku menuju ke sana suatu saat nanti, dan akan mendapat banyak inspirasi untuk tulisanku.
Aku menghentikan tulisanku. Aku pun teringat akan sesuatu, bahwa ini waktunya aku bertemu pacarku. Lalu, aku berjalan mengambil pakaian dan mengganti baju. Mungkin memang di wajibkan untuk selalu bersih saat bertemu dengannya. Terdengar seruan untuk bertemu pacarku. Terucaplah dengan seketika alhamdulilah dari mulutku. Berjalan menuju kamar mandi, akupun melihat aliran air dengan sangat derasnya. Aku sentuh perlahan air yang terus mengalir dengan mengucap bismillah. Mulailah aku berwudhu. Kakiku perlahan menuju mushola keluarga yang sangat kecil untuk bertemu pacarku. Ku ambillah mukena di sudutan lemari bambu yang sangat tua, mungkin seumur buyutku.
Selalu begitu, gemetar dalam dadaku saat aku bertemunya. Bahkan mendengar seruan untuk bertemunya pun aku sangat gemetar. Berniatlah aku dalam hatiku, menyebutnya. Mulailah aku bertemu pacarku. Aku selalu bercerita tentang banyak hal. Setelah usai berceritapun,  aku terkadang menangis. Aku tak pernah melupakan untuk tidak bertemu tuhan. Selalu aku lakukan untuk bertemu dengannya selama 5X dalam waktu sholat. Atau mungkin, terkadang aku bertemunya di tengah malam saat melaksanakan tahajud. Tuhan memang segalanya untukku. Ia maha kuasa, dia menciptakan segala yang tak pernah kita tau bagaimana. Bahkan tuhan itu tak nampak dan terlihat sosoknya, tuhan itu ada dalam kepercayaan orang yang beriman kareana tuhan itu maha dari segalanya yang menciptakan segalanya dengan kesempurnaan. Maka dari itu aku sangat takut padanya. Takut kala aku lupa dengannya. Aku hanya boleh takut padanya.
Aku pun bukan mahluk sempurna. Aku sangat takut pacarku. Selalu begitu. Aku pun tak tahu sejak kapan aku sangat takut padanya. Dahulu aku pun mahluk yang selalu melakukan kesalahan. Bahkan aku tak pernah mengingatnya. Lambat laun akupun hanya ingin mencoba menjadi mahluk yang lebih baik lagi, walaupun semua ini sebuah proses. Alhasil, kala aku sangat malas bertemu tuhan. Akupun tidak bertemunya. Padahal saat ini, aku menyadari. Ini bukan suatu keharusan, tapi kewajiban..
***
Subhanallah. Indahnya ! Mentari mengintip dari sela-sela jendela kamarku, barisan awan biru yang perlahan menyatu, bahkan burung-burung pun itu seakan melambaikan tangannya, menggapaiku lalu menarikku. Lagi dan lagi pacarku yang selalu membuatku takjub. Pemandangan panorama langit sangat indah. Apa yang harus aku ucapkan pada pacarku, dia sungguh sangat membuatku tambah menyayanginya. Tanganku perlahan menyentuh dan meraba dengan perlahan telingaku, namanya tertera disini. Pacarku , allah !



Dasar , TOILET !!!



Di jam tanganku tepat jam 12.00 dan matahari berada seolah di atas kepalaku. Terik matahari memancar dengan sangat silaunya seolah mengantarkanku untuk pergi kekampus. Sinar yang pernahan dapat membakar kulit halusku, biasaaaa. Aku memang salah satu mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung yang selalu ceroboh, biasaaaa. Langkah tergesa-gesa menapaki tangga yang begitu panjangnya lalu terjatuh, itu biasaaaaa. Bahkan roll rambut yang masih menempel di poniku yang tak sedikitpun  aku hiraukan, itu pun biasaaaaa. Lalu .. Langkahku pun menuju toilet dan terlihat sosok pria tampan dengan bulu halus di pipinya.
“maaf, apa aku salah masuk toilet?” (selalu biasaaaaa) ujarku sambil menghela nafas. Ia pun memutar badannya. Ternyata itulah dia, pria yang selalu membuat pandanganku tak berhenti sekejappun menatapnya. Mantanku. Atau mungkin status yang belum tepat di katakan mantan. “ LAU, mau apaaaaaa kamu disini?” jawabnya sambil menggaruk kepala. Itu namaku, LAU . Lathecha Aurora.Ternyata aku selalu begitu, salah memasuki toilet bahkan saat ini aku memasuki toilet yang ada sosok pria tampan itu, Ceflin Sudirman Adiaksa. Itu sangat biasaaaaaaaaaaa. “maaf, aku selalu begitu” ucapku sambil senyum simpul. Ceflin lalu tertawa menatapku.
Ternyata sudah sangat lama aku tak bertemu Ceflin, hampir satu tahun lamanya. Aku pun terlihat sangat gugup bertemu dengannya. Akhirnya kita pun menghabisakan waktu bersama seharian penuh. Banyak hal yang kami bicarakan bahkan masalah dahulu yang sampai saat ini belum menuju titik temunya. Aaaaaaaaaah selalu begitu, itu biasa. Kita pun berjalan menuju tempat yang selalu kita datangi. “Red Romantic Story, restoran seafood terbesar di kota Bandung. Kenapa aku selalu mau di ajak ke tempat ini, padahal dulu aku sangat membenci Caflin karena ia tega meninggalkanku. Laaaaaaaau !! sadar doooong. Itu sudah satu tahun lamanya” Ucapku dalam hati. Lalu Caflin menatapku dan tersenyum. “lauuuuu, ayo masuk. Kamu kenapa?” aku pun membalas tatapanku. Lalu menghabiskan waktu bersamanya.
Mentari perlahan menutup, berubah menjadi gelapnya sang malam. Setelah beberapa jam kita mengobrol tak terasa sudah terdengar adzan magrib. Aku pun menghentikan pembicaraan dan mengajaknya untuk sholat magrib. Setelah selesai sholat magrib, lalu Caflin pun mengantarkan aku pulang. Aku pun tertidur dengan sangat lelapnya.
Pagi hari yang indah ini membukakan jendela baru. Aku merasa sangat malas untuk ke kampus, bagaimana tidak. Aku selalu mempunyai banyak jadwal penuh yang selalu membuatku bosa. Bahkan sangat bosaaaaa. Ketika aku melihat jam ke arah meja dekat tempat tidurku ternyata waktu tepat menunjukan jam 09.00 dan saat itu juga, aku berlari menuju toilet. Persiapan yang selalu tergesa-gesa membuat aku lupa membawa tugas-tugas yang telah dikerjakannya tengah malam tadi.
Angin yang meniup dengan sangat tegasnya mengibarkan rambutku yang terurai. Akupun melanjutkan langkahku. Lihat ini, merapihkan dan menata rambutku yang kusut teracak angin, selalu begitu. Menambahkan perona merah di pipiku, selalu begitu. Bahkan aku selalu berlari ke kampus dengan mencopotkan sepatuku, selalu begitu. Aku menuju toilet dan terlihat sosok pria tampan itu lagi, Caflin.
“apa aku salah memasuki toilet lagi?” ucapku sambil perlahan menuju keluar. Caflin tersenyum dan mengelus rambutku. “Dia pria yang sangat manis. Sepertinya tuhan menakdirkan aku bertemu dengannya lagi. Bertemu di tempat yang salah, walaupun di toilet pria. Apabila tuhan tidak menakdirkan aku bertemu dengannya mana mungkin setiap aku salah memasuki toilet aku selalu bertemu dengan Caflin. Ini sepertinya rangkaian tuhan.” Bisikku dalam hati.
Dengan sangat malunya, aku pun berpamitan dan bergegas menuju ruang kelas. “laaaaaaaaaau !!!” Caflin memanggilku dan mengajakku untuk makan siang bersama di tempat biasa kita selalu makan. Akupun tersenyum dan hanya mengangguk. Seperti jawaban yang menegaskan kata ia padanya, tetapi aku alihkan dengan bahasa tubuhku. Aku terdiam dalam tanda tanya yang sangat besar di pikiranku. Apa aku sangat bodoh bersikap baik padanya? apa aku sangat bodoh apabila jalan dengannya? Dan apa aku sangat bodoh apabila mencintainya lagi?
Teringat dengan seketika, dulu aku pun pernah berjanji tidak akan memaafkannya, aku tidak akan menemuinya, dan aku tak akan mau bertemunya lagi. Tapi setelah kenyataan datang, aku pun berperang dengan logikaku. Itu masa lampau, dan itu mungkin takdir. Akhirnya kenangan satu tahun pun berlalu. Ini sebuah susunan dimana sebuah molekul perasaan yang hilang dan takan bisa menyatu lagi kini perlahan menyatu. Terlalu ilmiah tapi itu yang bisa aku katakan. Takdir mempertemukan aku dengannya lagi.
Selalu saja aku merasa aku sangat bodoh. Tetapi aku tidak bisa membohongi perasaanku bahwa aku masih sangat mencintainya. Bagaimana tidak, Caflin sangat tampan. Dia pun pintar. Siapa yang tidak akan jatuh cinta padanya? aku pun berkali-kali membuang perasaanku jauh-jauh, tetapi aku jatuh ke lubang yang sama lagi.  Aku pun selalu berdebat dengan logikaku saat aku ingin bertemu dengannya. Bagaimana tidak begitu, pertama aku harus bertemu seorang yang pernah melukaiku. Dan yang kedua aku harus bertemu dengan orang yang telah membuatku jatuh cinta. Dan yang ketiga, aku sangat bingung saat aku harus memutuskan untuk pergi bersamanya atau tidak.
Acara makan siangpun terlaksana dengan sangat baik. Seperi susupan puzle yang telah terrancang sebelumnya. Aku menyukai tempat ini. Apalagi aku di temani Caflin. Aku tak pernah mencoba untuk mengunjungi tempat yang pernah aku kunjungi dengannya lagi. Ini kedua kalinya aku ke tempat ini, dan rasanya masih sangat sama. Aku selalu menyukainya.
***
Enam bulan berlalu tanpa ada status yang kurasa sangat belum jelas. Tetapi Caflin mengatakan bahwa ia menyukaiku lagi. Selalu saja inidah. Aku dan Caflin menghabiskan waktu bersama setiap saat. Dan hari inipun aku akan ke tempat biasa aku akan bertemu dengannya.
Sinar mentari menepi ke arah jendela kamarku, pagi yang terasa sejuk dangan kicau burung serentak seakan membangunkanku. Tepat jam 06.00 pagi, jam bekerku pun berbunyi. Tak tahu kenapa, saat aku bangun terasa sangat indah. Mungkin karena saat siang nanti aku akan bertemu Caflin. Tetapi saat ini, aku pun merasa sangat bingung. Ketika Caflin tidak menjawab semua teleponku. Aku pun berfikir dengan sangat gundahnya, aku takut akan sesuatu yang akan terjadi padanya. selelah aku terdiam sejenak, aku pun teringat akan toilet itu. Aku berlari dengan sangat kencangnya menuju toilet.
Cafliiiiiiiin Cafliiiiiin Cafliiiiiin !!!
Teriakku dengan sangat kerasnya. Selalu saja aku ingin pergi ke toilet, mingkin saja aku dapat bertemu dengannya. Aku bingung ! mengapa Caflin melakukan ini lagi.  Hilang tanpa jejak seakan ditelan sang bumi. Aku pun kebingungan dan berjalan perlahan menapaki tangga. Terdengar bunyi nyaring dari handphoneku. Caflin memutuskan untuk kembali kepada mantannya dan meninggalkanku. Ia tak sedikitpun mencintaiku. Ia hanya bimbang dengan keadaanku saat ini. Dan ia memutuskan untuk meninggalkanku jalan yang ia tempuh dan menurutnya itu yang terbaik.
Aku terdiam. Air mata ku pun tak kausa menahan gejolaknya. Linangan air mata perlahan menetes mengalir deras di pipiku. Bagaimana caranya agar ia mengerti. Mengapa Caflin tega meninggalkan aku lagi. Mengapa saat aku merasa ia telah berubah ia meninggalkan aku demi dirinya. Aku selalu jatuh di lubang yang sama. Mungkin dahulu tuhan telah mengujiku, apa aku akan terus memegang janjiku atau aku mengingkarinya. Dan akhirnya aku mengingkari janjiku. Dan ketika aku menyadari, ia memang tak selamanya. Ia memang tak nyata. Mungkin tuhan memiliki jalan yang lebih baik. Bukan dengannya.

Aku Tetap Menggumu !!!


Alika seorang cewek yang masih duduk di bangku SMA. Dia cewek yang berbintang scorpio dan sangat periang. Alika saat ini sedang dekat dengan cowok yang bernama Boby. Boby yang mempunyai gaya yang nyentrik dan ciri khas yang unik menarik perhatinnya. Alika dan Boby menjalani hubungan tanpa status, tetapi Alika yang membutuhkan kepastian dari hubungan mereka akhirnya memutuskan untuk meninggalkannya. Di pagi ini Alika seperti bisa pergi untuk menuntut ilmu, langkah demi langkah Alika berjalan ke sekolah. Sesampainya di sekolah Alika berjalan menyusuri koridor kelas sambil merenungi dan berjalan ke arah sela-sela pintu sambil terdiam. Dering yang terdengar dari handphonenya pun tidak terdengar. Alika yang memikirkan sesorang yang telah meninggalkannya. Hidup Alika pun di penuhi rasa kebimbangan.
Cuaca yang sangat mendung membuat Alika malas untuk keluar rumah. “Sabar ya. Nanti juga aku akan baik-baik saja tanpanya. Aku berjanji sesudah apa yang terjadi hari ini, aku akan menjaga hubunganku dengan pacarku. Aku akan menyayanginya dan pacarku siapapun sekarang dia akan menjadi orang yang pertama dan terakhir untukku karena aku akan mencintainya dengan sangat tulus.” Alika  mengoceh di depan Azika dan Shagiya. Mereka hanya terdiam dan terlihat cuek menanggapi ocehan Alika. Shagiya pun keluar kamar untuk mengambil minum. Alika selalu terdiam seperti mati rasa, tidak tahu apa yang sedang di pikirkannya dan hanya melihat ke sela-sela pintu kamar Azika.
“Aaaallliiiiiiiikkkaaaaa!!!!” terdengar suara Shagiya yang sangat keras memanggil dari ujung-ujung kamar Azika. “Main yuuuk,” katanya sambil merangkul Alika. Shagiya mengajak Alika dan Azika untuk main bersama kakaknya Shagiya. Alika hanya tediam dan mengangguk sambil tersenyum. Mereka pun bersiap-siap untuk menunggu jemputan Osta kakak Shagiya. “Kita harus tampil sangat cantik,” gurauan Azika kepada Alika. Alika tertawa terbahak-bahak di depan cermin sambil memoleskan bedak ke pipinya yang mungil. “Aku tidak punya uang nih,” jawab Alika. “Tenang saja ka, kita hanya ikut Osta jadi diam saja kita” sahut Shagiya. “Asiiiiiik, di bayarin? Beneran nih?” tanya Azika seolah tidak percaya. “Ia. Percaya deh,” sahut Shagiya. Sepuluh menit kemudian, terdengar suara mobil yang perlahan menghampiri rumah Azika. Alika pun bersiap-siap dan naik ke dalam mobil sambil melambaikan tangan berpamitan pada mamah Azika. “Pergi ya, tante. Asalamualaikum,” teriak Alika dan Shagiya sambil melambaikan tangan.
Osta memperkenalkan temannya, Azika dan Shagiya pun bersalam dengan Sandy dan Dhamar. Ketika kaki Alika memasuki mobil ia menoleh ke sebelah kiri. Dan terlihat sosok pria yang dingin, berambut sedikit keriting dengan kaca mata, dan memakai kemeja hitam rapi dari sela kaca spion. Alika seketika terdiam melihat Dhamar, lalu Alika hanya tersenyum bersalaman dengan Osta dan Sandy. Dhamar yang terdiam tidak memberikan senyumnya sedikitpun untuk Alika hanya menoleh dan meneruskan pandangannya lurus dan tajam ke arah depan sambil memegang stir mobilnya. Alika dan Azika duduk di jok mobil paling belakang. Osta dan Sandy menceritakan tentang Shagiya di waktu kecil. Sangat ramai di dalam mobil, mereka pun tertawa terbahak-bahak. Alika pun terdiam sesekali memandangi kaca spion dan terlihat sosok Dhamar. Ada getaran di dalam hatinya dan Alika membuang perasaanya jauh-jauh. “Aku tidak pernah merasakan getaran ini sebelumnya. Apakah Aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Tidak mungkiiiiin!!.” Ocehan Alika dalam hati.
Mereka semua turun dari mobil. Alika pun kebingungan karena ia belum pernah ketempat itu sebelumnya. Ketika kaki Alika pun turun dari mobil, Alika pun melihat Dhamar. Mereka pun sesekali bertatapan. Mereka berkaroke bersama di Happy Puppy. Ruangan masuk yang dipenuhi lampu dan kaca, tangga berkarpet biru perlahan di lewatinya, memasuki
2
lorong-lorong ruangan demi ruangan dan memasuki ruangan berwarna pink bergambar hello kitty dengan sofa yang berwarna cokelat lalu ada meja kecil berbentuk persegi depan layar TV. Suasana malam itu sangat menyenangkan dan menghilangkan semua beban dan pikiran Alika. Dhamar dan Shagiya pergi menjemput Tami. Alika yang melihat Dhamar pergi bersama Shagiya pun hanya bisa terdiam saja. “Mau kemana mereka?” tanya Alika pada Sandy. “Mereka mau jemput Tami, sebentar kok” jawab Sandi tersenyum simpul kecil.   Alika hanya memikirkan apa yang akan mereka lakukan dalam mobil. Apa yang mereka bicarakan dalam pembicaraan mereka. Apa yang akan terjadi dengan mereka. Alika terdiam dalam tanda tanya yang sangat besar di pikirannya.
Akhirnya Dhamar dan Shagiya pun datang. Mereka memasuki mobil, hilang rasa canggung seperti halnya teman yang sudah lama. Dhamar melihat tingkah Alika pun menyubit pipinya dan tersunyum. “seperti anak kecil,” kata Dhamar sambil menyubit. Alika pun mengoceh tak henti-hentinya di dalam mobil. Itu pertama kalinya Alika merasakan getaran keras di dalam hatinya lagi. Dhamar pun menghentikan mobilnya di pom bensin. Lalu Dhamar melirik ke arah Alika dan mengajaknya mengobrol. “Kamu mau turun tidak, aku mau ke toilet,” seru Dhamar. Alika dan Dhamar pun turun dari mobil ke arah toilet. Sesudah keluar dari toilet, mereka berdiri di sebelah pintu masuk toilet.
Dhamar lalu memegang tangan Alika, Alika yang kanget melirik Dhamar. “Kenapa kamu, pegang-pegang tanganku?” seru Alika dengan nada keras. Dhamar lalu melepaskan genggaman tangannya itu. Mereka pun melanjutkan perjalanan ke Mall besar di Bandung. Dhamar dan Alika mengobrol dan waktu tidak terasa sudah sangat malam. Dhamar tidak melepasakan genggamannya. “Aku mau ketoilet, tapi gendong.” Kata Alika pada Dhamar sambil menyubit tangannya. Dhamar pun menggendong Alika. Mereka pun berjalan menyusuri puing-puing bahan bangunan yang sedang di renofasi. Dhamar menoleh ke
3
belakang dan bertanya, “Apakah kita cuma sampai disini, aku rasa kita sudah saling kenal lama. Aku seperti pernah bertemu denganmu Alika. Boleh ku minta nomermu Alika,” ucap Dhamar. Alika tersenyum sangat manis dan menyuruh Dhamar untuk mengirim pesan.
To : 08565929XXXX (Alika)
Hai Alikaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
From : 08565928XXX (Dhamar)
Pesan itu begitu singkat. “mau di gendong lagi,” ucap Dhamar. “Tidaaaaaaaak,” jawab Alika sambil tersenyum. Lalu Dhamar mencium kening Alika. Alika hanya tersenyum dan memegang tangannya. Mereka melanjutkan perjalanan ke Cafe Cabe Rawit, disana Dhamar memesan minuman dan Alika memesan capucino kesukaannya. Didalam cafe, genggaman tangan Dhamar tak terlepaskan. Sampai pulang ke rumah Alika. “Hati-hati,” ucap Dhamar. “Sampai ketemu lagi Dhamar,” jawab Alika tersenyum melpaskan genggamannya.
Alika dan Dhamar pun semakin dekat. Dan mereka pun menjalin hubungan. Hidup Alika pun terasa semakin bahagia di dekat Dhamar. Walaupun Dhamar menjadi sangat cuek dan tidak peduli Alika tetapi Alika merasa sangat menyayanginya sehingga apapun yang Alika lakukan semuanya Dhamar harus tau. Alika tidak mau Dhamar salah paham atas semua yang dilakukan Alika. Alika pun lulus SMA dan meneruskan ke perguruan tinggi itu bertepatan dengan satu bulan hari jadi mereka Alika menyiapkan dengan sematang mungkin. Tetapi cuaca tidak mendukung, kabut awan gelap menutupi pandangan dengan derai ujan yang sangat deras di malam itu. Sehingga Alika berhujan-hujanan membeli kue tart mini dengan lilin merah angka satu memakai skuter matiknya. Sungguh perjuangan yang sangat melelahkan, pertama kalinya Alika menyiapkan hadiah untuk pacarnya. Keesokan harinya di jalan Tubagus Ismail, Alika menyuruh Dhamar untuk menutup kedua matanya. Dan saat
4
Dhamar membuka mata, Alika tersenyum dan mengucap selamat satu bulanan sambil memegang kue tart mini dengan lilin merah yang mencair. Dhamar hanya tersenyum dan mengucap terimakasi di dalam mobil dan keluarlah mereka.
Hari demi hari dilalui Alika dengan Dhamar. Tangisan, canda tawa, bertengkar, putus, marah, egois, bahagia, senyuman, semuanya indah dilalui oleh mereka berdua. Alika pun di penuhi rasa kebahagiaan. Walaupun Alika mengetahui Dhamar tidak sedikitpun mencintainya tetapi Alika dengan penuh kesabaran menyanginya. Alika sangat menyayangi Dhamar melebihi apapun. Tetapi masalah demi masalah silih berganti, Dhamar selalu memutuskan Alika tanpa sebab. Alika memang sangat kekanak-kanakan dan dia menyadari itu. Sehingga Alika sangat berusaha untuk merubah kekanak-kanakkannya itu semua hanya untuk Dhamar, tetapi dimata Dhamar, Alika tidak bisa menjadi cewek sempurna yang di inginkan Dhamar. Alika mencintai Dhamar tanpa menginginkan perubahan dalam dirinya sedikitpun.
Cuaca hari ini cerah dengan sedikit lukisan awan yang mendung mulai berubah terang sangat indah. Dhamar menjemput Alika untuk makan es cream di kampus, Alika sangat senang.  Alika senang saat melihat Dhamar ada di dekatnya dan melihat tatapan dari mata Dhamar. “Sayang hari ini panas sekali, kita makan es krim yu?” tanya Alika pada Dhamar sambil memegang rambut Dhamar. “Makan es krim dimana sayang? Nanti aku tanya orang-orang dulu ya sayang tempat makan es krim yang enak?” jawab Dhamar sambil memegang hpnya. Alika tersenyum dan hanya memandangi Dhamar tak henti-hentinya. Tidak ada yang bisa menggantikan perasaan yang Alika rasakan. Bahkan sampai saat ini Dhamar tak tahu. Mereka menghabiskan waktu bersama di Ice Srcram for Ice Cream. “Sayang kamu sudah makan belum? Lapar tidak?” ujar Dhamar. “Lapar sayang” jawab Alika sambil menyuapi Dhamar es krim. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan di Kedai Nyonya. Alika dan Dhamar pun terjadi percecokan yang sangat hebat. Dhamar membentak Alika dengan sangat
5
keras. Alika pun hanya terdiam, akhirnya Dhamar memutuskan untuk meminta maaf. Suasana di kafe itu sangat menyenangkan, Dhamar pun mengajarkan banyak hal pada Alika atas semua agar Alika bisa sedikit dewasa. Dhamar mengantarkan Alika pulang ke kampus dikarenakan Alika ingin bertemu teman-temannya. Tepat di tengah keramaian jalanan di bawah lampu merah, Alika pun tersenyum memandangi Dhamar. “Sayang sayang sayang,” kata Alika sambil berkaca-kaca melihat Dhamar. “Ia sayang,” jawab Dhamar. Alika ingin memberitahukan bahwa ia sangat menyayangi Dhamar. Dhamarpun menurunkan Alika di depan kampusnya. Alika pun berpamitan pada Dhamar, yang dia pikirkan saat itu adalah kapan ia bisa bersama Dhamar lagi sambil melamun jalan ke depan ruangan kelas. Suasana hari itu sangat mengharukan dan Alika semakin menyayangi Dhamar walaupun Alika merasakan Dhamar berubah tidak seperti dahulu padanya. Dhamar yang sekarang terkesan sangat cuek dan pemarah sesekali Alika pun menangis apabila Dhamar berulah.
Hari di tengah malam ini membangunkan Alika dari mimpi tidurnya. Karena ini saat ulang tahun jadian mereka, Alika yang penuh dengan kejutan bangun tepat jam 00:00 untuk memberikan photo mereka berdua sebagai hadiah untuk Dhamar. Tetapi Dhamar tidak merespon dan jam 22:00 keesokan harinya Dhamar memutuskan Alika. Dhamar mengirimkan pesan lewat sms bahwa Dhamar bohong selama ini, ia sudah sangat lelah membohongi perasaannya. Hancurlah hati Alika membaca sms dari Dhamar, Alika pun seperti depresi dan sesekali menangis ketika mengenang masa lalu. Alika yang penuh kebimbangan pun mengsms Dhamar, ia pun kembali mengangis melihat tingkah Dhamar yang berubah. Dhamar sangat membenci Alika tetapi, sampai saat ini perasaan Alika pada Dhamar tidak sedikit pun berkurang. Bahkan rasa marah, benci, dan kesal pun bertabrakan dengan rasa cinta untuk Dhamar yang begitu kuat. Alika pun hidupnya tak karuan dan hanya bersedih. Melalui status-status facebook ataupun twitter, Alika masih di penuhi kisah Dhamar. Hari-hari Alika pun
6

hanya berisi memori indah bersama Dhamar saat ini. Alika yang sudah mempersiapkan hadiah special untuk Dhamar berisi photo mereka berdua dalam sebuah figura coklat tua dengan CD lagu suara Alika mengucapkan selamat ulang tahun tepat di tanggal 8 november yang akan datang tidak akan pernah ia bisa berikan. Alika yang bersih keras memainkan piano untuk memberikan hadiah special pun hanya bisa terdiam menerima keadaan. Alika sangat bersedih dengan perginya Dhamar dari Alika. Tetapi Alika pun menyadari bahwa ketika seseorang sangat mencintai pasangannya melebihi apapun dia akan di tingkalkan karena tidak ada yang abadi. Hal yang Alika ingin adalah hanya bertemu untuk terakhir kalinya dan memeluk Dhamar untuk mengatakan pesan terakhir bahwa Alika akan selalu mencintainya dan tak akan pernah ada yang bisa mengganti Dhamar di hati Alika. Sekarang dan nanti akan tetap mengunggunya.









7