Rasanya tulangku sampai rontok hingga tak menyatu dengan badanku ini. Kerjaanku hanya berlarian mengurus hal yang sebenarnya tidak terlalu penting bagiku, tetapi penting untuk orang banyak. Sebagai aktivis kampus, semua seperti kewajiban, tetapi sebenarnya itulah tugas. Lelaaaaaah, ya pastilah lelah. Bermacam-macam karakter yang aku temui. Dari mulai dengan sisi lembut, periang, centil, pemarah hingga pemalu yang membuatku bingung sendiri. Terkadang, tugas ini sangat menyenangkan di waktu-waktu tertentu. Seperti menjadi seseorang yang paling penting yang ingin di jumpai mahasiswa baru. Yahhh, tentu saja! Karena akulah tempat mereka mengurusi persiapan menjelang menjadi mahasiswa yang baru.
***
Hari ini menjadi hari yang sangat berbeda yang pernah aku rasakan. Bunyi di handphone ku, rasanya bunyi terindah yang ingin aku dengar hingga saat ini. Benar saja, dia yang baru beberapa saat ku kenal melalui persiapan kegiatan orientasi mahasiswa menghampiri dengan kata-kata manisnya melalui pesan singkat. Terpikir olehku, mungkin dia hanya ingin menggodaku dan hanya main-main atau dia memang sungguh-sungguh? Atau mingkin dia hanya memanfaatkanku karena akulah yang mengurusi mahasiswa baru. Terang saja, itu membuatnya lebih gampang mengurusi segala sesuatunya. Hanya tuhan dan dialah yang tau apa maksud dia sebenarnya. Tetapi, hingga saat ini aku tidak pernah mengerti dengan sosoknya. Terkadang datang, mengambang, dan pergi tanpa ada rencana, tetapi itulah dia. Selalu menyimpan banyak misteri. Rasanya aku takuuuut, selalu terbesit dalam ingatan memory masa lalu, yang terkadang menghampiriku saat aku ingin membuka hati pada orang yang baru.
Satu tahun lamanya aku hidup dengan troma di tinggalkan orang yang benar-benar aku sayang. Di buang mentah-mentah layaknya sampah. Kejadiian itu membuatku merasa menjadi wanita paling tolol yang pernah ada. Bila mengingatnya rasanya ingin terjun dari atas gunung dan tenggelam bersama puing-puing kapal. Huuuuh .. hela nafasku selalu menyadarkan bahwa ketika dia meninggalkanku tanpa syarat, aku pun harus melupakannya tanpa syarat pula. Mungkin tidak bisa, karena bila di tanya saat ini berapa kadar sayangku padanya, jawabannya masih sama. Alhasil, kejadian itu membuatku lebih berhati-hati dengan sosok pria disekelilingku. Tetapi aku yakin, pria berkulit putih dengan bulu halus di bawah hidungnya tidak akan melakukan itu padaku. Ternyataaaaa, kenyataanya pun berbeda. Ia sama dengannya, yang datang dan pergi sesuka hati tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.
Aku pernah mengingat saat hari itu kami berjanji bertemu di hari jumat dekat Mesjid. Hari itu, sungguh hari yang sangat panas yang dapat membakar kilitku. Sebenarnya aku tak suka dengan sinar matahari karena sinar itu yang selalu membuat kepalaku ingin meledak sekeras bom Hirosima dan Nagasaki. Tetapi entah mengapa, aku ingin menemuinya. 1 jam, 2 jam, 3 jam berlalu dan dia belum juga datang. Ingin rasanya marah, tetapi dia bukan siapa-siapa, karena kami hanya berteman. Aku mulai jengkel, dan bunyi di handphoneku melemahkanku. Akhirnya dia pun datang. Aku bertemu dengannya tepat di depan ruangan akademik duduk dan membicarakan banyak hal. Cerita mengenai jadwal mata kuliah yang dia ambil, perjalanan ia saat ditilang polisi, bahkan ia pun menceritakan tentang keluarganya. Banyak orang yang berlalulalang di hadapanku, tetapi fokusku hanya padanya. Awalnya dia memang orang yang sederhana, tetapi aku sudah mulai bosan dengan gayanya yang lama kelamaan menunjukan ia pria yang tampan. Dan yang harus sangat aku sadari, dia mempunyai pacar.
Iaaaaa, rasanya dia telah ada di hidupku sejak lama. Hari demi hari berlalu tanpa tempo tenggang. Bahkan bila di hitung, baru 4 bulan aku mengenalnya tetapi aku sudah merasa nyaman dengannya. Sesekali ia selalu memarahiku saat berlama-lama berada di lingkungan kampus layaknya seorang pacar. Bukannya aku ingin dia benar-benar menjadi pacarku, tetapi terkadang tingkah lakunya menunjukan ia benar-benar memperdulikanku. Sepertinya ini hanya kepedeanku saja menganggap ia benar-benar serius kepadaku. Terkadang ia membuatku tinggi hingga terbang ke lngit-langit, terkadang ia menjatuhkanku dan terhentak ke tanah dengan keras. Sudah berbagai pertanyaan aku lontarkan padanya, apa arti aku sebenarnya. Tetapi jawaban itu tidak pernah solid dengan kenyataan. Bahkan, saat aku berada di puncak aku membutuhkannya, ia kembali kepada pacarnya dan hilang dari genggamanku. Benarkan dari awal, aku hanya sebagai mainannya saja. Lagi-lagi, aku di butakan oleh rayuannya yang sebenarnya semuanya itu semu. Ketika aku sadari aku memang harus benar-benar melupakannya.
Setelah berkecambuk dalam perasaanku, mingkin jalan yang terbaik memang aku harus meninggalkannya. Bukan tanpa syarat aku meninggalkannya, tetapi dengan berbagai pertimbangan matang. Rasanya terlalu singkat aku bersamanya, bila saat ini aku masih bersamanya, itu hanya membuang-buang waktuku saja. Dia mungkin bukan orang yang terbaik yang di kirimkan tuhan untukku. Tetapi apakah ia tahu, bahwa yang ia lakukan itu menyakitiku?
SELAMAT MEMBACA :)
**cerita ini berdasarkan kisahnyata beberapa bulan yang lalu, aku bertemu dengannya...
SELAMAT MEMBACA :)
ouhhh kisah nyata ternyata !!
BalasHapuscerita yg menarik, penulisanya tegas, sad ending, menonjol sekali karakter sang penulis.
kwkkwkwk kan curcool ! :D
BalasHapus