Senin, 31 Oktober 2011

Raksasa Rakus Dalam Mangkuk


Kelompok raksasa rakus mengerutu dalam lingkarannya. Membicarakan bagaimana bisa mereka diturunkan dengan paksa. Politikus kecil dalam lingkup daerah mangkuk mengikuti gerutunya. Rakyatpun adu mulut dengan tegas dan berani. Mereka seakan akan-akan sedang di tiarapkan ke lantai. Keduanya sama-sama bangkit dan beradu rasa cemas. Ada yang menyebarkan bukti dan mencari bukti. Raut wajah kedua belah pihak semakin meraung. Rakyat pun enggan mundur, bahkan kelompok raksasapun enggan menutup tempatnya. 

Ketua Kelompok Raksasa : Baik, sebentar. Aku akan mejelaskan sebentar. Tapi tunggu sebentar lagi. Kalian para rakyat tidak sebaiknya membabi buta pada kami. Kami akan menjelaskan semuanya. Jangan sampai rumah kami hancur.
Perwakilan rakyat        : mau kita tunggu sampai kapan? Kita lelah. Tindakan kalian itu telah membuat kami lelah. Bahkan selama 6 tahun kalian tidak bisa merubah ini semakin baik. Kami hanya minta kalian turun ! menjauhlan dari mangkuk kami. dimana tuan presiden? Kami ingin menemuinya.
Ketua Kelompok Raksasa : apabila itu yang kalian minta, kami akan melakukannya. Tetapi kita harus berbicara baik-baik. Apa tuntutan kalian, dan kami akan berusaha merubahnya. Ayo kita masuk ke dalam. Kita  harus menjelaskan sesuatu agar kalian tidak membabi buta seperti ini, ini pasti hanyalah kesalapahaman. Tuan presiden tidak bisa hadir begitu pula dengan para mentrinya.
Anggota Kelompok Raksasa : ia benar kata ketua, kalian jangan seperti ini. Ayo kita bermusyawarah saja. Tuan presiden sedang sakit, dya tak bisa di temui. Lihat saja,aku telah menghubunginya. Tetapi handphonenya tidak aktif. Mari kita meluruskan apa yang terbaik buat kita. Kalian telah mengusik rakyat lain yang sedang bekerja. Kita harus saling mengerti bukan?
Perwakilan Rakyat : oh tuan, mengerti ? apa kalian telah mengerti apa mau kami? Kami pun tidak bisa bekerja dengan nyaman. Agenda kerja kami bentrok, kami tak punya lahan, bahkan uang kami hanya menjadi lahapan kalian di makan malam. Kami tak bisa menghormati kalian, karena kalian tak pantas di hormati.
Rakyat                    :  benaaaaaar , KAMI MINTA KALIAN TURUN !
Anggota Kelompok Raksasa : cukup! Kami telah naik darah. 

Raksasa itu memberikan acuannya. Anggota kelompok raksasa seperti memberikan isyarat tajam pada ketua. Rasanya banyak penindasan mulai bermunculan. Kekuasaan itu berada pada lingkup mangkuk. Uang terselip dengan mudah tetapi tersalur dengan sulitnya. Rakyat marah! Sepertinya wajah mereka tidak menggambarkan ketakutan, tetapi itu terlihat bahwa mereka takut dengan kami. Rakyat memberi waktu pada ketua untuk memanggil tuan presiden. Raksasapun mulai lelah dengan tuntutan kami.
Perwakilan Rakyat : Keluaaaaar kau !
Ketua Kelompok Raksasa : Ia , tenang semuanya. Tuan presiden tidak dapat kesini, tetapi aku telah menyuruh mentrinya untuk menjadi wakil kalian. Tunggu sebentar.
Perwakilan Rakyat : Jangan banyak bicara. Cepat suruh mereka kemari. Alangkah lucunya tuan-tuan ini, seperti tidak ada apa-apa. Mengaku manusia terhormat tetapi bersikap dengan tidak hormat.
Anggota Kelompok Raksasa : Jaga mulut kalian! Kami telah berusaha menyruhnya datang. Tetapi tuan presiden tidak bisa kemari karena sedang sakit, masa kalian tega menyuruh oarang sakit untuk kemari?
Rakyat : Kalian pun sangat tega melantarkan kami, bahkan kami tak punya tempat bernaung lagi. Koruptoooooooooooooor ! (dengan nada marah)
Mangkuk di penuhi jeritan, rakyat mulai berontak. Anggota kelompok raksasa memanggil para kawan. Beberapa diantaranya sebagai saksi dan teman. Helai kertas di genggam seakan kekuatan. Lalu mentri memasuki daerah kekuasaan, bermaksud menjelaskan skenario kedudukan.
Mentri Presiden : Kita lakukan musyawarah saja. Kalian jelaskan duduk perkaranya dan kami akan mendengar apa yang kalian minta. Kita disini harus tenang.
Perwakilan Rakyat : Terimakasih atas kedatangannya tuan, kamu hanya sebagai konsumen merasa di kecewakan, bagaimana tidak? Kami tidak ada lahan bekerja, bahkan jadwal kami pun bentrok, bagaimana tindak lanjut kalian? Sedangkan masalah uang saja mereka meminta dengan segera seperti kami para penghutang, tetapi apa yang mereka kasih? Tidak ada bukan? Mereka hanya mengisi kantung-kantungnya tengah malam. Kami meminta mereka turun !
Rakyat : TURUUUUUN ! TURUUUUN ! TURUUUUUUUUN !!!!
Mentri Presiden : Baiklah, tidak segampang itu. Kita butuh proses yang panjang untuk mencari gantinya. Bagaimanpun kita harus dapat rundingan dengan para tetua.
Ketua Anggota Raksasa : Baik semuanya, saya siap untuk di turunkan apabila memang saya salah. Tetapi saya akan mencari bukti, bahwa sesuangguhnya yg kalian katakan itu tidak semuanya benar. Maafkan kami!
Anggota Raksasa : BENAR! Kami pun meminta maaf apabila kami selama ini tidak mendengarkan apa keluhan kalian. Kami siap mundur. 

                Jeritan kegembiraan menggambarkan keadaan kepuasan. Rakyat pun bersyukur atas revolusi dalam kekuasaan. Para raksasa melepaskan wewenang. Seakan ingin tidur tenang dalam beberapa detik kegelapan. Celakalah mereka bila menganggap ini telah selesai, ini akan membuat tidak tenang. Mereka tidak akan tenang, bahkan dalam mangkukpun mereka ditendang. Hanya ada satu ketenangan, saat mereka beristirahat dan mempertanggungjawabkan pada tuhan.